KAI Akan Ubah Kereta Feeder Whoosh jadi Commuter, Ini Alasannya
PT Kereta Api Indonesia atau KAI akan mengubah kereta feeder layanan Kereta Cepat Whoosh menjadi kereta commuter. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan waktu tunggu antar perjalanan kereta atau headway jalur tersebut sehingga penumpang tak menumpuk.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan, perjalanan kereta commuter Padalarang-Bandung akan tetap menyesuaikan dengan jadwal perjalan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Total Whoosh pada hari kerja menjadi 40 kali, sedangkan pada akhir pekan sejumlah 48 kali.
"Untuk mengubah kereta feeder Whoosh menjadi kereta commuter, kami harus bangun ekosistem elektrifikasi dulu, sehingga headwaynya bisa bertambah," kata Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo di Gedung DPR, Senin (4/12).
PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC mencatat, sebagian besar atau 53% tujuan penumpang Whoosh adalah liburan. Total penumpang Whoosh sejak beroperasi komersial hingga 14 November 2023 mencapai 352 ribu orang.
Didiek mengatakan, perubahan kereta feeder menjadi commuter akan mengatasi isu penumpukan penumpang Whoosh saat melanjutkan perjalanan dari kereta cepat. Didiek mengaku, sedang bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan pengembang Kota Baru Parahyangan, yakni PT Lyman Property dalam upaya elektrifikasi tersebut. Namun, ia sejauh ini belum mengumumkan target pembangunan elektrifikasi jalur kereta feeder tersebut.
"Kami butuh waktu untuk melakukan elektrifikasi ini, namun ekosistem kereta commuter ini akan terbangun," katanya.
Di sisi lain, pemerintah sebelumnya meminta KCIC mengkaji kemungkinan pembangunan stasiun kereta api cepat Whoosh di Kopo Bandung guna meningkatkan konektivitas kereta cepat. KCIC saat ini memiliki lahan seluas 30 hektare di wilayah tersebut.
Wacana penambahan stasiun kereta api cepat di Kopo Bandung diusulkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat diskusi bersama PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC), PT Kereta Api Indonesia, serta perwakilan dari Kementerian Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi, dan Kementerian Perhubungan. KCIC mengakui pembangunan stasiun di Kopo sempat menjadi pertimbangan. Namun, KCIC memiliki hambatan untuk merealisasikanya karena keterbatasan dana.
“Terdapat lahan sekitar 30 hektar di Kopo dan itu memungkinkan dibangun stasiun, tetapi KCIC belum ada dana untuk itu,” ujarnya.