Proyek Titipan Jokowi ke Presiden Berikutnya: Hilirisasi Rumput Laut
Pemerintahan Presiden Joko Widodo akan mempersiapkan proses transisi pemerintahan di bawah presiden berikutnya untuk mengejar target Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, salah satu proyek yang dapat dilanjutkan pemerintahan selanjutnya adalah hilirisasi rumput laut.
"Rumput laut ini dalam 5-10 tahun ke depan, akan sama pengaruhnya atau lebih besar dibandingkan tambang nikel dan itu bisa," ujar Luhut dalam Konferensi Pers Akhir Tahun pada Jumat (22/12).
Ia menceritakan pengalaman pemerintah mengembangkan hilirisasi nikel. Berkat hilirisasi, ekspor nikel naik dari US$ 1,5 miliar menjadi US$ 34 miliar. Angka ekspor tersebut pun diperkirakan masih akan terus meningkat.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marinves Mochammad Firman Hidayat menjelaskan, rumput laut dapat diolah menjadi lima produk, yakni karagenan dan agar, pupuk organik, substitusi gandum, plastik ramah lingkungan, dan biofuel. Menurutnya, kondisi budidaya rumput laut saat ini baru bisa diolah menjadi karagenan dan agar, serta pupuk organik.
Menurut Firman, harga rumput laut di dalam negeri saat ini mencapai US$ 1.000 sampai US$ 2.000 per ton. Sementara itu, industri pupuk organik dapat menyerap rumput laut di harga US$ 8.000 per ton, industri karaginan dan agar hingga US$ 13.000 per ton. Karagenan dan agar adalah bahan baku bagi industri farmasi, kosmetik, dan makanan olahan.
Firman menyampaikan, industri substitusi gandum perlu menyerap rumput laut seharga US$ 300 per ton agar mencapai skala ekonomi. Adapun, rumput laut untuk industri plastik ramah lingkungan di nilai US$ 250 per ton dan biofuel senilai US$ 100 per ton.
Pilot Project Hilirisasi Rumput Laut
Pemerintah berencana membuat pilot project budidaya rumput laut seluas 50.000 hektar di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Hasil produksi proyek tersebut akan menjadi bahan baku pabrik pupuk organik.
Luhut mengatakan, proyek tersebut akan dimulai pada tahun depan dengan fokus budidaya rumput laut dan berpotensi diperluas menjadi 100.000 hektar jika dinilai berhasil.
"Sejauh ini kami ekspor pupuk organik ke India. Maksud saya produksi pupuk organik itu di dalam negeri saja. Petani kita kekurangan pupuk kok," kata Luhut.
Firman mencatat, pilot project budidaya rumput laut akan menelan investasi senilai US$ 2 juta atau Rp 31,06 miliar.pilot project tersebut merupakan bagian dari program hilirisasi rumput laut dengan target luas lahan budidaya 1,2 juta hektar.
Menurut dia, nilai investasi hilirisasi rumput laut jauh lebih murah dibandingkan dengan hilirisasi nikel. Nilai investasi untuk pengembangan 1,2 juta hektar hanya membutuhkan US$ 48 juta atau Rp 745,58 miliar.
Untuk diketahui, potensi investasi hilirisasi tambang di dalam negeri yang melibatkan 23 perusahaan mencapai US$ 30,9 miliar atau Rp 482 triliun. Artinya, investasi pengembangan industri rumput laut tidak sampai 1% dari potensi investasi hilirisasi tambang.