Menilik Skandal Keamanan dan Keselamatan Mobil Daihatsu
Daihatsu, produsen mobil Jepang milik Toyota, telah menghentikan produksi dalam negeri setelah mengakui pihaknya memalsukan hasil uji keselamatan kendaraannya selama lebih dari 30 tahun.
Penutupan ini akan berlangsung setidaknya hingga akhir Januari dan berdampak pada 9.000 karyawan Daihatsu Jepang.
Merek tersebut yang terkenal karena memproduksi mobil penumpang kecil, telah menghentikan produksi di keempat pabriknya di Jepang pada hari Selasa (26/12), termasuk satu di kantor pusatnya di Osaka, kata seorang juru bicara kepada CNN dikutip Sabtu (30/12).
Langkah ini dilakukan ketika Daihatsu bergulat dengan skandal keselamatan yang semakin parah yang menurut Toyota telah mengguncang fondasi perusahaan.
Pekan lalu, Daihatsu mengumumkan komite pihak ketiga yang independen telah menemukan bukti adanya gangguan pada uji keselamatan pada 64 model kendaraan, termasuk yang dijual dengan merek Toyota.
Skandal ini merupakan pukulan lain bagi produsen mobil tersebut, yang pada bulan April telah mengakui pelanggaran standar uji tabrak pada lebih dari 88.000 mobil. Sebagaian besar dijual dengan merek Toyota di negara-negara seperti Malaysia dan Thailand.
Dalam kasus tersebut, “lapisan dalam pintu kursi depan tidak dimodifikasi dengan benar” untuk beberapa pemeriksaan. Sementara Daihatsu tidak mematuhi persyaratan peraturan untuk uji tabrakan samping tertentu, katanya dalam sebuah pernyataan pada saat itu.
Pada bulan Mei, pembuat mobil tersebut mengatakan bahwa mereka telah menemukan lebih banyak kesalahan, mengungkapkan bahwa mereka telah mengirimkan data yang salah untuk uji tabrakan pada dua kendaraan listrik hibrida.
Perusahaan tersebut mengatakan pada saat itu bahwa mereka telah menghentikan pengiriman dan penjualan model-model tersebut.Penyelidikan terbaru ini semakin mengancam reputasi perusahaan.
Menurut laporan yang dirilis komite investigasi, ditemukan 174 kasus lagi Daihatsu memanipulasi data, membuat pernyataan palsu atau mengutak-atik kendaraan secara tidak patut untuk lulus uji sertifikasi keselamatan.
Kasus tertua ditelusuri kembali ke tahun 1989, dengan peningkatan jumlah kasus sejak tahun 2014, kata laporan itu. Saham Toyota turun 4% di Tokyo Kamis lalu menyusul berita tersebut.
Sebagai tanggapannya, raksasa Jepang tersebut berjanji untuk merombak anak perusahaannya. Perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan pekan lalu bahwa reformasi mendasar diperlukan untuk merevitalisasi Daihatsu.
“Ini akan menjadi tugas yang sangat penting yang tidak dapat diselesaikan dalam semalam,” kata Toyota.