Mentan Jawab Kritik Mahfud MD soal Dana Subsidi Pupuk yang Terus Naik
Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD mengkritik besarnya subsidi pupuk di tengah jumlah petani dan lahan pertanian yang justru semakin berkurang. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, subsidi pupuk yang meningkat disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku.
“Kami menyayangkan beberapa data tidak di kroscek secara detail yang kami khawatirkan bisa menyebabkan disinformasi di masyarakat,” kata Amran dalam keterangan resmi, Senin (22/1).
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, nilai subsidi pupuk menurun dari Rp 34,1 triliun pada 2019 menjadi Rp 25,3 triliun. Volume pupuk subsidi pun susut ari rata-rata sekitar 9 juta ton per tahun menjadi hanya 4,7 juta ton pada tahun ini.
Harga pupuk subsidi per tonnya naik dari sekitar Rp 3,78 triliun per 1 juta ton pada 2019 menjadi Rp 6,32 triliun per juta ton pada 2024. Amran menjelaskan hal tersebut disebabkan kenaikan Diamonium Fosfat sebesar 76,95% dan urea hingga 235,85%.
Menurut Amran, peningkatan harga bahan baku pupuk tersebut didorong oleh dua hal, yakni pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Perang Rusia-Ukraina membuat ekspor bahan baku yang dipasok Rusia, Ukraina, Cina dibatasi. Ketiga negara tersebut menjadi pemasok terbesar Fosfor dan Kalium ke pasar global.
Amran juga menjelaskan, soal jumlah petani di dalam negeri yang disebut Mahfud menyusut. Menurut Amran, hal ini terjadi karena peningkatan mekanisasi pertanian di dalam negeri.
Ia mencatat level mekanisasi pertanian nasional telah naik dari 0,5 tenaga kuda pada 2012 menjadi 2,1 tenaga kuda pada 2021. Amran menargetkan angka tersebut naik menjadi 3,5 tenaga kuda pada tahun ini.
Ia berargumen, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum justru meningkat sebesar 35,54% secara tahunan. Jumlah petani milenial dengan umur 19-39 tahun naik 21,39% menjadi 6,18 juta orang.
"Pemerintah terus mendorong regenerasi petani dan terlihat berbagai program kita memberi dampak positif,” katanya.
Namun demikian, Amran tidak membantah penyusutan lahan pertanian seperti yang dinyatakan Mahfud. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi.
Bayu mencatat lahan pertanian di dalam negeri berkurang hingga 100.000 hektar per tahun. Menurutnya, pengurangan tersebut terjadi akibat perubahan penggunaan lahan menjadi penggunaan infrastruktur, perumahan, maupun jaringan irigasi yang rusak.
Bayu menemukan perubahan penggunaan lahan tersebut disebabkan oleh imbal investasi per hektar usaha pertanian yang rendah di sebagian wilayah dengan usaha lain. Bayu menilai imbal investasi penggunaan tanah untuk perumahan akan lebih besar 900 kali dibandingkan pertanian.
"Jadi pengurangan lahan pertanian itu akibat hukum ekonomi saja. Menurut saya itu satu hal yang sangat berat karena penduduk kita banyak," katanya.
Bayu menilai peningkatan imbal investasi tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas. "Penggunaan teknologi ini harus diperbanyak dan diperkuat," ujarnya.