Starbucks Danai Rp 15,9 M untuk Pemberdayaan Komunitas Petani Kopi
Starbucks Foundation bersama dengan Mercy Corps Indonesia bekerja sama membuat program Brewing Change: Women Empowerment in Coffee Origin Communities in Indonesia (BENTANI) di Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Starbucks Foundation menggelontorkan uang senilai US$ 1 juta atau sekitar Rp 15,9 miliar untuk membiayai program tersebut. Dana tersebut diberikan secara bertahap.
Public Relation & CSR Division Manager Kiki Mochamad Rizki mengatakan program tersebut merupakan bentuk pemberdayaan perempuan petani kopi ataupun istri petani kopi. Ada beberapa pelatihan dengan tujuan meningkatkan keterampilan dan taraf hidup mereka.
Kiki mengatakan fokus program Bentani yakni perencanaan mitigasi bencana, perubahan iklim, dan pengembangan ekonomi. “Dengan memberikan keuntungan di sekitar satu juta perempuan di dunia untuk bisa mendapatkan program atau keuntungan terkait," kata Kiki, di Bandung, Jawa Barat, dikutip Jumat (17/5).
Program BENTANI saat ini telah memasuki fase kedua. Pemberdayaan tercatat dilakukan di Kabupaten Bandung, Garut, Bandung Barat, dan tambahan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Koordinator Program Mercy Corps untuk Indonesia Navita Hani Restuningrum mengatakan terdapat peningkatan target peserta yang ikut dalam pelatihan tersebut yakni sebanyak 3.700 peserta. Target fase pertama berjumlah 2.000 partisipan.
Para fasilitator yang diperbantukan berasal dari masyarakat sekitar yang memiliki keahlian di bidang tersebut dan pernah mengikuti pelatihan. Juga, fasilitator yang berasal dari eksternal.
Hani mengatakan, tiga tujuan BENTANI yakni meningkatkan kualitas kesehatan dengan menyediakan edukasi kesehatan serta fasilitas WASH (Water, Sanitation, and Hygiene/air, sanitasi dan kebersihan).
Kemudian, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai keuangan dan cara memanajemennya. Sehingga nantinya para partisipan dapat mengakses platform layanan keuangan seperti bank hingga koperasi.
Lalu, melalui program ini juga membuka peluang lain bagi para partisipan untuk menemukan sumber penghasilan lainnya, salah satunya melalui bisnis. Namun, tetap tak meninggalkan pertanian kopi sebagai mata pencaharian.
"Selain memproduksi kopi dan menjual secara online, mereka juga mengolah bahan kopi itu sendiri ke produk-produk lain. Jadi 3 tujuan utama (BENTANI)," kata Hani.
Ditemui di Cimaung, Kabupaten Bandung, Intan Fitria Nur Aisyah, salah satu partisipan BENTANI fase pertama mengaku mendapat banyak manfaat dari program tersebut.
Intan dapat membuka sejumlah layanan seperti jastip (jasa titip) hingga membuat kue pribadi. Selain dapat mengembangkan bisnis pribadinya, Intan juga merasa mendapat sudut pandang berbeda dari proses berjualannya.
"Awalnya saya suka COD-an (cash on delivery) jualan online. Dari asalnya saya gak pernah catat pengeluaran saya berapa, dari awal asal jual aja yang penting untung saya gede, setelah ikut program bentani pengelolaan keuangan jadi tahu mencatat keuangan yang baik itu seperti apa," kata Intan di kediamannya.