Kemenaker Bujuk Satu Pabrik Tekstil Raksasa Jawa Tengah Batal Tutup

Andi M. Arief
13 Juni 2024, 17:39
Seorang karyawan berjalan usai bekerja di Jakarta, Senin (24/10/2022). Berdasarkan data Center of Economics and Law Studies (Celios), adanya resesi globalÊyang diprediksi terjadi pada 2023 bisa berdampak terhadap gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK),
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Ilustrasi.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kementerian Ketenagakerjaan menyebut, berhasi mencegah salah satu perusahaan tekstil raksasa di Jawa Tengah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK massal. Perusahaan yang dimaksud adalah salah satu dari tiga pabrik tekstil besar di Jawa Tengah.

Berdasarkan catatan Katadata, tiga pabrik tekstil terbesar di dalam negeri berlokasi di Jawa Tengah, yakni PT Sri Rejeki Isman Tbk atu Sritex, PT Duniatex, dan PT Pan Brothers Tbk. Namun, pemerintah tidak menjelaskan lebih lanjut pabrik tekstil raksasa mana yang akan melakukan PHK.

"Betul ada pabrik tekstil raksasa di Jawa Tengah yang mau melakukan PHK. Namun, barusan saya telepon Kepala Dinas Ketenagakerjaan Jawa Tengah. akhirnya tidak jadi PHK," kata Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kemenaker Indah Anggoro Putri di Gedung DPR, Kamis (13/6).

Indah tidak menjelaskan lebih lanjut pabrik tekstil raksasa mana yang sebelumnya berniat melakukan PHK massal. Namun. Indah menyampaikan pabrik tersebut telah berdiri di Jawa Tengah sejak lama.

Indah mengatakan pabrik tersebut akhirnya memilih tidak menyediakan fasilitas lembur di pabrik.Namun, ia menekankan pemerintah akan mengawasi ketat pabrik tekstil raksasa tersebut agar peniadaan fasilitas lembur tidak mengganggu kenyamanan tenaga kerja.

Indah mengaku telah merekomendasikan langkah yang sama ke seluruh pabrikan tekstil di dalam negeri. Menurutnya, penurunan biaya tenaga kerja harus dilakukan secara merata, mulai dari operator di tingkat terendah sampai level manajemen.

"Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi pemborosan biaya tenaga kerja. Kami sarankan langkah tersebut daripada terjadi PHK massal," ujarnya.

Di sisi lain, Indah menduga pabrik tekstil raksasa tersebut tidak membayarkan gaji tenaga kerjanya selama berbulan-bulan. Indah mengaku sedang melakukan verifikasi terhadap dugaan tersebut.

Indah menyampaikan alasan pengajuan PHK oleh pabrik tekstil raksasa asal Jateng tersebut adalah penurunan permintaan di pasar ekspor. Indah mencatat setidaknya ada tiga akar pengajuan PHK tersebut dilayangkan.

Pertama, kondisi perekonomian global yang belum membaik akibat tensi geopolitik. Indah menyoroti lemahnya permintaan tekstil yang disebabkan oleh konflik Israel dan Palestina yang dimulai tahun lalu.

Kedua, persaingan industri tekstil di pasar lokal yang ketat. Ketiga, perubahan gaya hidup konsumen. Indah menyampaikan bergesernya pembelian tekstil ke lokapasar membuat proses logistik produk tekstil dari produsen ke konsumen berubah.

Pada saat yang sama, pabrikan tekstil di Jawa Tengah masih menggunakan jalur distribusi konvensional. Alhasil, pabrikan tidak memanfaatkan jalur distribusi tersebut layanan mayoritas produk tekstil kini dijual secara daring.

"Akhirnya pabrikan merugi karena ada biaya-biaya produksi dan distribusi yang tidak terpakai tapi sudah kadung kontrak," katanya.


Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...