Petinggi Kadin dan Gubernur BI Melakukan Pertemuan, Bahas Apa?
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sedang melakukan pertemuan dengan Bank Indonesia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (25/6). Salah satu bahasan pertemuan tersebut adalah strategi untuk mencapai ekonomi emas pada 2045.
Gubernur BI Perry Warjiyo terpantau memasuki ruang rapat di Lantai 29 Menara Kadin sekitar pukul 15.15 WIB. Kadin Indonesia menyatakan Perry akan mendiskusikan pertumbuhan ekonomi nasional saat ini dan masa depan bersama petinggi organisasi pengusaha tersebut.
"Indonesia memerlukan angka pertumbuhan ekonomi di sekitar 6% sampai 7% agar bisa keluar dari middle income trap," seperti tertulis dalam surat resmi Kadin.
Dalam beberapa pekan terakhir pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menjadi sorotan. Kondisi ini dikhawatirkan akan merembes ke perekonomian domestik. Berdasarkan data BI, rupiah telah melemah lebih dari 6% secara tahun berjalan.
Dampak Pelemahan Rupiah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sejumlah dampak negatif pelemahan rupiah terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). "Pengaruhnya pada belanja-belanja pemerintah yang memakai mata uang asing, seperti subsidi listrik, bahan bakar minyak (BBM), dan elpiji," katanya dalam konferensi pers kemarin.
Ketiga subsidi tersebut saat ini mengalami deviasi atau penyimpangan dari asumsi makro tahun ini. Sebagai informasi, dalam sepekan terakhir rupiah melemah ke posisi Rp 16.400 per dolar Amerika Serikat. Sedangkan APBN 2024, pemerintah mematok kurs rupiah pada Rp 15 ribu per dolar AS.
Selisih subsidi akibat pelemahan rupiah, Sri Mulyani mengatakan, akan ditagihkan Pertamina dan PLN kepada pemerintah. "Setiap kuartal kami meminta BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk mengaudit dan kami membayar sesuai kemampuan negara," ucapnya.
Besaran belanja subsidi energi saat ini masih sesuai Undang-undang APBN 2024, sebesar Rp 300 triliun. "Nanti kami akan lihat alokasi itu memenuhi berapa banyak volume yang sudah ditetapkan," kata Sri Mulyani.
Analis ekonomi politik dari FINE Institute, Kusfiardi, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mengurangi penerimaan negara dari sektor ekspor. Hal ini dapat berdampak signifikan terhadap arus pendapatan dan belanja negara tahun depan.
"Meskipun harga komoditas ekspor seperti minyak dan batu bara menunjukkan peningkatan, keuntungan dalam rupiah yang diterima pemerintah dapat tergerus," kata Kusfiardi di Jakarta, Selasa (25/6).
Menurut dia, diversifikasi ekspor menjadi krusial untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi mata uang asing. Dengan nilai tukar rupiah yang melemah secara drastis seperti ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional," ujarnya.