KCIC Buka Suara soal Whoosh Jadi Penyebab Wijaya Karya Rugi Rp 7,2 T

Andi M. Arief
17 Juli 2024, 13:31
kcic, kereta cepat, kereta cepat Jakarta-Bandung
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.
Sejumlah penumpang Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) saat menunggu keberangkatan di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023). PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia China) menjalankan uji coba operasional dengan penumpang tidak berbayar dengan total 8 perjalanan per hari dari Stasiun Halim ke Tegalluar dan kapasitas penumpang 2200 orang per hari dari tanggal 14 September hingga 30 September 2023.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC menyatakan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh telah mempertimbangkan banyak hal. Pernyataan tersebut disampaikan menanggapi pemberitaan yang menyebutkan KCIC menjadi salah satu sumber kerugian PT Wijaya Karya Tbk pada tahun lalu.

Wijaya Karya sebelumnya menyatakan, proyek Whoosh mengharuskan perseroan menyetor modal mencapai Rp 6,1 triliun. Angka tersebut belum ditambah kerugian Whoosh yang Wijaya Karya klaim cukup besar setiap tahunnya.

"Dalam proses pembangunannya, proyek Kereta Cepat Whoosh sudah mempertimbangkan banyak hal yang telah dikoordinasikan bersama seluruh stakeholder yang terlibat," kata Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa dalam keterangan resmi yang diterima Katadata.co.id, Rabu (17/7).

Kerugian Wijaya Karya disebabkan oleh setoran modal ke proyek Whoosh dan utang perseroan lainnya yang belum dibayar senilai Rp 5,5 triliun. Kedua tagihan tersebut membuat Wijaya Karya harus menerbitkan obligasi senilai Rp 11 triliun yang akhirnya berkontribusi pada kerugian tahun lalu hingga Rp 7,2 triliun.

Eva tidak menjelaskan kontribusi KCIC pada kerugian Wijaya Karya. Namun. Eva menegaskan semua penagihan di KCIC harus melalui prosedur administrasi agar dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Di sisi lain, Eva mengatakan proyek Whoosh bertujuan untuk memajukan konektivitas antara Jakarta dan Bandung melalui transportasi ramah lingkungan modern. Oleh karena itu, Whoosh telah meningkatkan jumlah perjalanan reguler dari 14 kali per hari pada Oktober 2023 menjadi 48 perjalanan pada Mei 2024.

Peningkatan perjalanan membuat rata-rata volume penumpang harian naik dari 9.000 orang para Oktober 2023 menjadi hingga 18.000 orang pada bulan ini. Eva menargetkan jumlah perjalanan harian Whoosh akan terus ditingkatkan menjadi 62 kali per hari pada tahun depan.

Pada saat yang sama, Eva mencatat Whoosh telah mengintegrasikan layanannya dengan moda transportasi umum lain, seperti LRT Jabodebek, Bus Transjakarta, bus ke Bandara Soekarno-Hatta, shuttle ke Bandara Halim Perdanakusuma, taksi, dan transportasi daring.

Eva menemukan minat penggunaan Whoosh oleh masyarakat meningkat lantaran telah ada penumpang rutin. Hal tersebut ditunjukkan dengan dijualnya kartu berlangganan  Frequent Whoosher yang dijajakan di Stasiun Whoosh Halim, Padalarang, dan Tegalluar.

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan total utang pada tahun lalu mencapai Rp 56 triliun secara konsolidasi. Hal tersebut diperburuk dengan total beban pencadangan piutang yang bermasalah maupun ditangguhkan. Namun ia tidak menjelaskan total nilai piutang yang ditangguhkan dan bermasalah tersebut.

Ia mengatakan, sumber kerugian WIKA pada tahun lalu adalah beban bunga tinggi dan beban lain-lain. Menurutnya, penyertaan modal pada PSBI menjadi bagian dari beban lain-lain lantaran KCJB mencatatkan kerugian yang cukup besar setiap tahunnya.

Pada 2021, PT Kereta Api Indonesia menggantikan WIKA sebagai pemimpin konsorsium PSBI. Namun, Agung mengatakan WIKA tetap menjadi pemegang saham mayoritas di PSBI sebesar 38%.

Nilai proyek KCJB membengkak senilai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18 triliun selama masa konstruksi. Sebagian pembayaran cost overrun tersebut direncanakan menggunakan anggaran negara.

Cina awalnya mengajukan biaya pembangunan proyek KCJB senilai  US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 83,6 triliun. Namun dalam perjalanannya, biaya proyek KCJB tersebut membengkak menjadi US$ 7,5 miliar atau Rp 114,1 triliun per November 2022.

Adapun sebagian dana cost overrun tersebut berasal dari China Development Bank senilai US$ 550 juta. Pada Februari 2024, KAI telah menandatangani perjanjian fasilitas dengan Cina Development Bank untuk menambal biaya konstruksi tersebut dari Cina Development Bank.

Pencairan pinjaman ini terdapat dua fasilitas. Fasilitas A yaitu US$ 230,99 juta, setara dengan Rp 3,6 triliun, dengan asumsi kurs Rp 15.603 per dolar Amerika Serikat. Sementara untuk fasilitas B yaitu US$ 217,08 juta. Jika dikonversikan dari fasilitas B yaitu Rp 3,3 triliun.

"Pencairan tersebut langsung diteruskan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia pada 7 Februari 2024," kata Executive Vice President of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia atau BEI, Selasa (13/2).

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...