Industri Baja Siap Dukung Target-target Prabowo: IKN hingga 3 Juta Rumah
Indonesian Iron and Steel Industry Association atau IISIA menyatakan industri baja nasional siap mendukung proyek-proyek konstruksi pemerintah selanjutnya. Pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto kemungkinan melanjutkan pembangunan Ibu Kota Nusantara dan menargetkan pembangunan 3 juta unit rumah per tahun.
Co-Executive Director IISIA Yerry Idroes mengatakan 52% baja buatan lokal disalurkan ke sektor konstruksi. Ia menilai, pembangunan IKN dan target 3 juta rumah tidak akan meningkatkan pangsa pasar sektor konstruksi dan membebani sektor manufaktur lainnya.
"Kami masih ada kemampuan karena utilisasi industri baja nasional masih ada lantaran masih di bawah 80%. Sektor manufaktur lain tidak usah khawatir karena kemampuan produksi industri baja nasional masih ada," kata Yerry di Kampus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Selasa (23/7).
Yerry menekankan, industri baja nasional akan berjalan baik jika tidak ada gejolak di pasar nasional. Walau demikian, ia mengatakan faktor internasional berpotensi mempengaruhi proses produksi baja lokal.
Mayoritas bijih besi yang menjadi bahan baku industri baja nasional masih bergantung pada impor. Dengan demikian, menurut dia, konflik geopolitik dapat mengganggu rantai pasok industri baja global, termasuk pengantaran bijih besi ke Indonesia.
"Perang di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan bahan baku yang sebagian masih impor. Namun selagi kondisi pasar domestik aman, kami masih optimistis," katanya.
Wakil Ketua Umum Bidang Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Infrastruktur Kadin Indonesia Insannul Kamil mengatakan, tata kelola pemerintah dalam pembangunan rumah harus berubah. Ini karena target Presiden Terpilih Prabowo lebih besar menjadi tiga kali lipat dari target Presiden Joko Widodo sebanyak 1 juta rumah per tahun.
"Pembentukan badan atau pemisahan divisi perumahan itu memerlukan kajian. Namun kedua pilihan tersebut past mengakselerasi pencapaian 3 juta rumah per tahun lebih cepat," ujarnya di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (7/5).
Badan Pusat Statistik mendata kebutuhan atau backlog rumah stabil di angka 12 juta unit sejak 2018 atau hingga 12,71 juta unit pada 2021. Angka tersebut berkurang menjadi 10,51 juta unit pada 2022. Dengan kata lain, total rumah yang terbangun pada 2018-2021 hanya sekitar 1,66 juta unit atau 300.000 sampai 400.000 unit per tahun.
Insannul menilai regulasi menjadi kunci keberhasilan target pembangunan rumah tersebut. Menurutnya, regulasi merupakan hambatan terbesar dari pencapaian target tersebut.
"Regulasi mengenai target 3 juta rumah per tahun ini butuh perubahan dari cara biasa ke cara yang tidak biasa, ini yang agak menjadi masalah di level birokrasi tengah ke rendah," ujarnya.