Neraca perdagangan Indonesia menyumbang surplus sebesar Rp 72,51 triliun pada Maret 2024. Kinerja perdagangan Indonesia naik dibandingkan bulan sebelumnya, tapi turun secara tahunan.
Kemenkeu akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekonomi nasional. Sebab, perlambatan ekonomi global berdampak pada neraca perdagangan dan ekspor Indonesia.
BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia anjlok baik secara bulanan maupun tahunan pada Februari 2024. Penurunan terjadi pada ekspor di sektor migas dan nonmigas terutama di Cina.
Pada 2040 pemanfaatan nikel masih didominasi untuk produksi baja anti karat atau stainless steel meski untuk produksi baterai kendaraan listrik meningkat signifikan.
Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia memperkirakan, kebutuhan baja untuk mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) hingga tahap akhir mencapai 9,5 juta ton.
Ekonomi Cina yang melemah berdampak pada permintaan terhadap produk besi dan baja di dalam negeri. Mayoritas produk besi dan baja selama ini diekspor ke Cina.
Produsen baja asal India, Jindal Stainless Ltd., mencapai kesepakatan senilai US$ 157 juta atau Rp 2,4 triliun untuk mengamankan pasokan nikel dari Halmahera, Indonesia.