Sri Mulyani Waswas Sederet Kondisi Global Ini Berdampak ke Ekonomi RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai sejumlah kondisi global yang dapat berdampak kepada ekonomi Indonesia sekalipun sinyal penurunan suku bunga Federal Reserve semakin kuat. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun diperkirakan tetap tinggi karena kebutuhan pembiayaan defisit anggaran Amerika Serikat. Indeks mata uang dolar juga masih kuat.
“Perkembangan ini membuat ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi yang bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang belum mereda,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Jumat (2/8).
Ia juga menyoroti faktor perkembangan politik yang dinamis seiring penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilu di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Bendahara negara ini menyebut hal itu mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas.
Sri Mulyani memastikan penguatan respons kebijakan perlu terus dilakukan. “Ini untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang stabil. Dalam laporan terbaru World Economic Outlook (WEO) Juli 2024, IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh 3,2% secara tahunan pada 2024 dibandingkan 3,3% pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi AS tetap baik didorong permintaan domestik. Sedangkan ekonomi Cina belum kuat dengan pertumbuhan kuartal II 2024 sebesar 4,7% secara tahunan seiring lemahnya permintaan domestik dan berlanjutnya tekanan sektor properti.
Sri Mulyani mengungkapkan, perkembangan terkini menunjukkan inflasi AS di Juni 2024 menurun sejalan dengan turunnya tekanan harga energi dan perumahan. Sementara tingkat pengangguran di AS meningkat yang kemudian mendorong perkiraan penurunan Fed Funds Rate atau FFR dapat lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada akhir 2024.