Kemenko Marves: Penjualan Mobil Listrik Tahun Ini Tumbuh Berkat Insentif Impor

Andi M. Arief
8 Agustus 2024, 12:44
penjualan mobil listrik, kemenko marves
Fauza Syahputra|Katadata
Pengunjung mencoba mobil listrik Neta V-II yang dijual di Jakarta Fair, JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Button AI Summarize

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menilai lonjakan penjualan mobil listrik atau EV di dalam negeri disebabkan oleh insentif impor yang dibuka awal tahun ini.

Insentif yang dimaksud adalah pembebasan pajak barang mewah dan menekan bea masuk EV yang diimpor secara utuh hingga tahun depan.

Pemerintah pun memprediksi penjualan EV pada akhir 2024 tumbuh positif di tengah tren pelemahan penjualan mobil nasional.

Namun importir yang menikmati insentif harus membangun pabrik di dalam negeri dan memproduksi kendaraan listrik dengan jumlah yang sama dengan jumlah yang diimpor.

"Akhirnya, pilihan EV di dalam negeri makin banyak dan banyak investor EV yang mempercepat peningkatan tingkat komponen dalam negeri," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin dalam Katadata SAFE 2024, Kamis (8/8).

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia mendata penjualan EV pada paruh pertama tahun ini naik 60,43% secara tahunan menjadi 36.715 unit. Penjualan EV hibrid berkontribusi sebesar 67,47% dari total penjualan atau sejumlah 24.775 unit.

Sementara itu, penjualan EV berbasis baterai pada Januari-Juni naik lebih dari dua kali lipat menjadi 11.940 unit. Kebijakan insentif impor telah menambah jenis EV berbasis baterai di dalam negeri menjadi 46 jenis dibandingkan realisasi 2022 hanya empat jenis.

"Capaian penjualan EV ini belum memasukkan transaksi di Gaikindo Indonesia International Auto Show 2024. Jadi, penjualan EV sepanjang tahun ini akan lebih besar dari tahun lalu," katanya.

Rachmat mencatat saat ini telah ada 11 kelompok harga EV berbasis baterai. Adapun kelompok harga EV berbasis baterai pada 2022 cukup ekstrem, yakni kelompok sekitar Rp 200 juta dan kelompok Rp 700 juta sampai Rp 800 juta.

Rachmat mengatakan saat ini telah ada lebih dari delapan produsen EV yang memanfaatkan insentif impor EV. Dengan demikian, lebih dari 25 model EV berbasis baterai tersedia di dalam negeri.

"Jadi, diharapkan kita bisa bertransisi dari mobil konvensional ke EV dengan lebih nyaman," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mencatat setidaknya dua pendorong peningkatan penjualan LCEV tahun ini. Pertama, peningkatan edukasi konsumen terkait emisi dan keekonomian LCEV.

"Misalnya, biaya bensin dengan mobil konvensional mencapai Rp 2 juta per bulan, sedangkan biaya listrik LCEV hanya Rp 150.000 sebulan. Perbedaannya kan lumayan besar," kata Kukuh di Kementerian Perindustrian, beberapa waktu lalu, Rabu (10/7).

Kukuh menilai penjualan LCEV pada akhir tahun ini dapat melampaui capaian tahun lalu sejumlah 71.358 unit. Namun Kukuh mengakui produk LCEV yang dijual di dalam negeri belum sesuai dengan preferensi konsumen nasional.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...