Pemerintah Targetkan 5 Juta Kendaraan Listrik Mengaspal pada 2030

Andi M. Arief
8 Agustus 2024, 16:32
kendaraan listrik, spklu, pemerintah
ANTARA FOTO/Hasrul Said/YU
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (17/4/2024). PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) mencatat penjualan di SPKLU selama periode mudik Idul fitri 1445 Hijriah mencapai 1.988,78 kWh atau meningkat hingga 300 persen dibandingkan dengan periode arus mudik tahun lalu.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menargetkan, terdapat 5 juta kendaraan listrik berbasis baterai atau BEV yang mengaspal pada 2030. Kontribusi kendaraan listrik ke total kendaraan yang beroperasi diharapkan mencapai 10% dalam enam tahun ke depan.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin mengatakan, rata-rata penjualan kendaraan listrik harus mencapai 50% dari total penjualan kendaraan di dalam negeri untuk mencapai target tersebut. Adapun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia mendata, kontribusi penjualan BEV ke total penjualan pada paruh pertama tahun ini baru 2,92%.

"Artinya, kami harus membuat pasar mendukung target tersebut dan pemerintah akan bekerja keras mewujudkannya melalui penerbitan peraturan," kata Rachmat dalam Katadata SAFE 2024, Kamis (8/8).

Rachmat menargetkan, penjualan mobil listrik berbasis baterai harus mencapai 2 juta unit hingga ada 2030. Pada tahun yang sama, penjualan motor listrik berbasis baterai ditargetkan sejumlah 3 juta unit.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan EV pada paruh pertama tahun ini naik 60,43% secara tahunan menjadi 36.715 unit. Penjualan EV hibrid berkontribusi sebesar 67,47% dari total penjualan atau sejumlah 24.775 unit.

Sementara itu, penjualan EV berbasis baterai pada Januari-Juni naik lebih dari dua kali lipat menjadi 11.940 unit. Kebijakan insentif impor telah menambah jenis EV berbasis baterai di dalam negeri menjadi 46 jenis dibandingkan realisasi 2022 hanya empat jenis.

Ia mencatat, saat ini telah ada 11 kelompok harga EV berbasis baterai. Adapun kelompok harga EV berbasis baterai pada 2022 cukup ekstrem yakni kelompok sekitar Rp 200 juta dan kelompok Rp 700 juta sampai Rp 800 juta.

Rachmat mengatakan, saat ini telah ada lebih dari delapan produsen EV yang memanfaatkan insentif impor EV. Dengan demikian, lebih dari 25 model EV berbasis baterai tersedia di dalam negeri.

"Jadi, penjualan EV sepanjang tahun ini akan lebih besar dari tahun lalu. Diharapkan kita bisa bertransisi dari mobil konvensional ke EV dengan lebih nyaman," ujarnya.

Ia menilai, lonjakan penjualan mobil listrik atau EV di dalam negeri disebabkan oleh insentif impor yang dibuka awal tahun ini. Pemerintah pun memprediksi penjualan EV pada akhir 2024 akan tumbuh positif di tengah tren pelemahan penjualan mobil nasional.

Insentif yang dimaksud adalah pembebasan pajak barang mewah dan menekan bea masuk EV yang diimpor secara utuh hingga tahun depan. Namun importir yang menikmati insentif harus membangun pabrik di dalam negeri dan memproduksi EV dengan jumlah yang sama dengan jumlah impor.

"Akhirnya, pilihan EV di dalam negeri makin banyak dan banyak investor EV yang mempercepat peningkatan tingkat komponen dalam negeri," katanya.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...