Musim Hujan Mundur, Bulog Ramal Paceklik Beras Terjadi Mulai November 2024

Andi M. Arief
30 Agustus 2024, 18:03
Petani memanen padi di areal sawah Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis produksi beras nasional pada periode Agustus- Oktober 2024 diproyeksikan mengalami kenaikan mencapai 8,3 juta ton
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom.
Petani memanen padi di areal sawah Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis produksi beras nasional pada periode Agustus- Oktober 2024 diproyeksikan mengalami kenaikan mencapai 8,3 juta ton dibanding produksi beras nasional di periode yang sama tahun 2023 sebesar 2,5 juta ton, kenaikan produksi tersebut akibat fenomena La Nina yang dapat menguntungkan bagi sektor pertanian.
Button AI Summarize

Perum Bulog meramalkan produksi beras nasional akan memasuki masa paceklik pada November 2024 hingga Februari 2025. Hal tersebut disebabkan oleh pergeseran musim penghujan dari September 2024 menjadi akhir Oktober 2024.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan pergeseran musim tersebut membuat masa panen padi bergeser dari November 2024 menjadi Januari 2024. Beras hasil panen baru dapat memasuki pasar pada Maret 2025 lantaran harus melalui proses pengeringan selama sebulan.

"Pada Maret 2025 bertepatan dengan Bulan Suci Ramadan. Maka dari itu, Bulog bersiap untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras pada November 2024 sampai Februari 2025," kata Bayu di kantornya, Jumat (30/8).

Bayu mengingatkan hujan berpotensi mengguyur sepanjang Februari 2025 karena pergeseran musim penghujan. Oleh karena itu, ia memperkirakan, beras hasil panen Januari 2025 baru dapat dinikmati masyarakat pada April 2025.

Bayu pun berencana melakukan pengawasan intens distribusi beras Bulog ke penjuru negeri hingga akhir tahun. Ini karena pemerintah akan menyalurkan bantuan pangan pada masa paceklik tersebut, tepatnya pada Oktober dan Desember 2024. Bantuan pangan tersebut akan disalurkan pada 22 juta keluarga penerima manfaat sebesar 10 kilogram. Adapun keluarga penerima manfaat umumnya masyarakat berpendapatan rendah.

"Kelompok masyarakat berpendapatan rendah paling rendah dengan kenaikkan harga. Jadi, kami akan berusaha membuat beras untuk kelompok tersebut tersedia," ujarnya.

Pada saat yang sama, Bulog juga akan menjaga arus distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan melalui optimalisasi Rumah Pangan Kita atau RPK. RPK merupakan warung yang bermitra dengan Bulog.

Bayu memaparkan jumlah RPK per Juli 2024 mencapai 21.384 unit. Angka tersebut lebih banyak dari jumlah toko ritel modern minimarket seperti Alfamart sekitar 19.000 unit dan Indomaret sejumlah 21.000 unit.

Menurut dia, RPK akan menjadi instrumen Bulog dalam menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen. Mayoritas lokasi RPK berada di kawasan permukiman yang akhirnya berhubungan langsung dengan konsumen.

"Tentu kelompok masyarakat dengna pendapatan lebih tinggi diharapkan membeli beras komersial yang harganya sedikit tinggi. Kami akan pastikan beras komersial tersedia di semua jaringan Bulog," katanya.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...