Kemenaker Catat 46 Ribu Orang Kena PHK hingga Agustus, Paling Banyak di Jateng

Andi M. Arief
2 September 2024, 13:48
PHK, menaker
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU
Ilustrasi. Angka PHK karyawan menembus 40 ribu sepanjang Januari-Agustus 2024.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mencatat, praktek Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK mengalami tren kenaikan. Namun, ia berharap angka PHK pada akhir tahun ini tidak lebih tinggi daripada tahun lalu.

Berdasarkan dara Kemenaker, total PHK sepanjang tahun lalu mencapai 63.806 orang. Total PHK pada Januari-Agustus 2024 naik 23,71% secara tahunan dari capaian Januari-Agustus 2023 sejumlah 37.375 orang menjadi 46.240 orang.

"Kami akan terus melakukan mitigasi, salah satunya dengna menciptakan lapangan pekerjaan baru. Mudah-mudahan dari total PHK dan penciptaan lapangan kerja baru bisa seimbang angkanya," kata Ida di Gedung DPR, Senin (2/9).

Pemerintah telah menggelar Job Fair Nasional "Naker Fest 2024" bulan lalu pada 23-25 Agustus 2024. Ida mencatat total lowongan kerja pada pameran tersebut mencapai 178.000, sedangkan total pelamar baru sekitar 93.000 orang.

Indah mengatakan, masih ada waktu bagi pelamar kerja untuk mendaftar pada lowongan kerja yang dibuka pada bulan lalu. Oleh karena itu, Ida berharap seluruh tenaga kerja yang terkena PHK dapat terserap kembali ke pasar kerja dalam waktu dekat.

Ida menyampaikan praktek PHK terbanyak terjadi di sektor manufaktur, khususnya pada sub sektor tekstil, garmen, dan alas kaki. Adapun provinsi dengna jumlah tenaga kerja ter-PHK paling banyak ada di Jawa Tengah atau lebih dari 20.000 orang pada Januari-Agustus 2024.

Posisi kedua ditempati oleh DKI Jakarta dengan tenaga kerja ter-PHK lebih dari 7.400 orang. Dengan kata lain ada selisih sekitar 13.000 orang antara peringkat pertama dan peringkat kedua.

"PHK di Jawa Tengah umumnya di sektor tekstil, garmen, dan alas kaki. Kalau di DKI Jakarta kebanyakan PHK dilakukan di sektor jasa, sepert pekerja di restoran dan kafe," kata Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kemenaker Indah Anggoro Putri.

Lembaga pemeringkat S&P Global mendata, indeks manajer pembelian atau PMI manufaktur Indonesia semakin jeblok pada Agustus 2024 setelah masuk ke level kontraksi pada Juli. Indeks PMI manufaktur Indonesia turun dari 49,3 menjadi 48,9.

PMI Manufaktur di bawah indeks 50 menunjukkan terjadinya kontraksi. Indeks pada Agustus menunjukkan manufaktur Indonesia berada di kondisi terburuk dalam tiga tahun terakhir.  

"Penurunan pada sektor manufaktur Indonesia pada Agustus ditandai oleh penurunan tajam pada permintaan baru dan output dalam tiga tahun terakhir, " ujar Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, seperti dikutip dalam siaran pers, Senin (2/9).

Selain karena berkurangnya permintaan ekspor secara umum, menurut beberapa panelis,  tantangan ekspor membebani penjualan. Melemahnya produksi dan permintaan baru juga menyebabkan PHK di pabrik sektor manufaktur Indonesia.

Berdasarkan  catatan S&P, jumlah karyawan menurun selama dua bulan berturut-turut, meski hanya sedikit. Selain PHK, dilaporkan bahwa tidak ada penggantian karyawan yang keluar  karena penjualan dan produksi menurun.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...