Bulog Minta Pemerintah Beri Penugasan Impor Tahun Depan Lebih Cepat

Andi M. Arief
4 September 2024, 16:18
beras, impor, impor beras, bulog
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/rwa.
Buruh tani memanen padi di persawahan Desa Beran, Ngawi, Jawa Timur, Jumat (26/7/2024). Dalam Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Juni 2024, proyeksi produksi beras Agustus 2024 berpotensi mencapai sebanyak 2,66 juta ton dan September naik menjadi 2,96 juta ton.
Button AI Summarize

Perum Bulog menyarankan agar pemerintah mempercepat penugasan impor beras tahun depan.  Ini karena stok akhir Bulog pada akhir tahun ini diproyeksi hanya mencapai 1,5 juta ton akibat penyaluran bantuan pangan.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, Cadangan Beras Pemerintah saat ini mencapai 1,35 juta ton. Angka tersebut akan bertambah menjadi 2,45 juta ton akibat kedatangan beras impor sejumlah 900.000 ton hingga akhir tahun ini.

Pada saat yang sama, Bulog menargetkan serapan beras lokal pada Agustus-Oktober 2024 sejumlah 200.000 ton. Namun Bulog akan menyalurkan bantuan pangan pada Oktober dan Desember 2024 dengan total 900.000 ton.

"Untuk mengantisipasi defisit 3 juta ton pada Januari-Februari 2025, kami sangat berharap penugasan penambahan stok sudah diberikan lebih awal," kata Bayu dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (4/9).

Pemerintah memberikan Bulog kuota impor sejumlah 3,6 juta ton pada tahun ini. Sebanyak 2,4 juta ton telah ada di dalam negeri dan disalurkan, sedangkan 300.000 ton telah selesai di kontrak untuk selanjutnya dikapalkan ke dalam negeri.

Bayu mengatakan, penugasan impor beras tahun depan yang lebih cepat dapat mempersiapkan Bulog menghadapi defisit neraca produksi Januari-Februari 2025. Permintaan beras pada Maret 2025 diproyeksikan akan meningkat lantaran Ramadan 2025 akan jatuh pada akhir kuartal pertama tahun depan.

Kondisi tersebut, menurut Bayu, diperburuk dengan masuknya masa paceklik produksi beras pada November 2024 hingga Februari 2025. Kondisi tersebut disebabkan oleh pergeseran musim penghujan dari September 2024 menjadi akhir Oktober 2024. Alhasil, masa panen bergeser dari Desember 2024 menjadi Januari 2025.

Ia sebelumnya mengingatkan hujan berpotensi mengguyur sepanjang Februari 2025 karena pergeseran musim penghujan. Dengan demikian, proses pengeringan gabah yang umumnya berlangsung selama 30 hari akan bergeser menjadi Maret 2025Ia pun memperkirakan, beras hasil panen Januari 2025 baru dapat dinikmati masyarakat pada April 2025.

Meski demikian, Bayu menilai kondisi harga beras saat ini cukup unik. Ia menemukan tren harga beras di pasar cenderung lesu. Berdasarkan data Bapanas, rata-rata nasional harga semua jenis beras sepanjang 30 hari berfluktuasi. Walau demikian, harga beras medium dan premium menunjukkan tren pelemahan sejak akhir pekan lalu, Jumat (23/8).

Harga beras premium rata-rata secaa nasional turun Rp 400 per kg menjadi Rp 15.550 per kg hari ini, Jumat (30/8). Sementara itu, rata-rata nasional harga beras medium sempat memuncak mencapai Rp 13.620 per kg dan susut Rp 30 per kg menjadi Rp 13.590 per kg.

Bayu pun menilai stok di tingkat pedagang cukup banyak yang membuat harga beras masuk tren penurunan. Ia berpendapat stok beras nasional hingga Oktober 2024 terjaga.

Badan Pusat Statistik memproyeksikan neraca produksi beras Agustus-Oktober 2024 mencatatkan surplus 1,07 juta ton. Ia menyampaikan, proyeksi tersebut berpotensi menekan ketergantungan beras impor selama tiga bulan ke depan.

Proyeksi produksi beras per Agustus 2024 mencapai 2,84 juta ton atau tertinggi selama tiga tahun terakhir. Sementara itu, produksi Oktober 2024 mencapai 2,59 juta ton menjadi yang tertinggi selama lima tahun terakhir.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...