KKP Genjot Kapasitas Produksi Susu Ikan Demi Program Minum Susu Gratis
Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP sedang meningkatkan produksi susu ikan di dalam negeri. Langkah tersebut dilakukan untuk mendukung program minum susu gratis yang dimulai tahun depan.
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Budi Sulistiyo mencatat saat ini baru ada satu pabrik susu ikan di Indramayu, Jawa Barat berkapasitas 30 ton per bulan. Pemerintah sedang membangun pabrik percontohan serupa di Pekalongan, Jawa Tengah.
Kapasitas pabrik itu mencapai 50 ton per bulan dan akan rampung pada November 2024. "Kami melihat investor yang berminat di industri susu ikan ada di Pantai Utara Pulau Jawa dan pantai-pantai di Papua," kata Budi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (12/9).
Dengan adanya pabrik baru, kapasitas produksi susu ikan di kawasan Pantura pada akhir tahun nanti menjadi 80 juta ton per bulan. Targetnya, kapasitas produksi dalam negeri akan mencapai 100 ton per bulan.
Pabrik di Pekalongan akan memproduksi susu ikan berupa hidrosilat protein ikan atau HPI. Produk ini merupakan ekstrak protein ikan berbentuk bubuk putih. Untuk menjadi susu, bubuk ini kemudian diseduh dengan air hangat.
Budi mengatakan salah satu tujuan pendirian pabrik susu ikan adalah meningkatkan pendapatan para nelayan. Sebab, ahan bakunya berasal dari ikan bernilai rendah, seperti petek, selar, tamban, dan belok.
Dengan memakai jenis ikan-ikan tersebut, harga susu ikan dapat terjaga stabil. Untuk per gelasnya sekitar Rp 5 ribu atau lebih rendah Rp 1.400 per gelas dibandingkan susu sapi segar.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sebelumnya mengatakan susu ikan dapat memenuhi lonjakan permintaan susu segar untuk mendukung program minum susu gratis. Ada sekitar 24,74 juta ton ikan yang dapat diolah menjadi susu tersebut.
Susu ikan merupakan ekstrak protein dari proses hidrolisat yang akhirnya diolah menjadi susu. Kandungan gizi susu ikan yang diproduksi di dalam negeri setara dengan susu sapi segar, tidak berbau ikan, dan mudah dicerna.
"Hampir tidak mungkin mencapai status swasembada susu sapi segar, karena ada masalah keterbatasan lahan. Selain itu, salah satu keunggulan susu ikan adalah tidak mengandung laktosa," kata Teten di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Intoleransi laktosa merupakan kondisi tubuh ketika tidak dapat mencerna gula dalam produk susu. Melansir situs Alomedika, penduduk ras Asia memiliki prevalensi intoleransi laktosa atau antara 80% sampai 100%. Kelompok usia anak dengan tingkat intoleransi laktosa paling tinggi adalah 12-14 tahun atau hingga 73%.
Teten mengaku belum menawarkan strategi tersebut kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Namun, ia mengingatkan agar program minum susu gratis yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.