Saleh Husin Ungkap Potensi Hilirisasi Sawit Cegah Middle Income Trap
Mantan Menteri Perindustrian, Saleh Husin, menyoroti potensi besar hilirisasi kelapa sawit dalam mencegah Indonesia terjebak dalam status negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Gagasan tersebut dituangkan dalam buku terbarunya berjudul "Hilirisasi Sawit Cegah Middle Income Trap".
Dalam buku tersebut, Saleh mengupas strategi hilirisasi kelapa sawit yang bisa dilakukan untuk memperkuat perekonomian nasional. Dalam peluncuran buku yang berlangsung di Gedung Pusat Industri Digital (PIDI) 4.0, Jakarta, Rabu (9/10) itu Saleh mengurai bagaimana hilirisasi sawit bisa meningkatkan posisi tawar Indonesia di pasar internasional.
Saleh mengatakan, berdasarkan disertasi yang ia susun di Universitas Indonesia terdapat sejumlah aspek hilirisasi sawit yang perlu jadi perhatian di antaranya target produksi 100 juta ton per tahun dan perolehan devisa ekspor hingga 100 miliar dolar AS. Selain itu, ia juga menyoroti perlunya melawan kampanye negatif terhadap sawit yang sering dihembuskan oleh negara-negara maju.
Salah satu poin penting dalam buku ini adalah bagaimana hilirisasi sawit dapat berkontribusi dalam mencegah Indonesia terperangkap di middle income trap. Saleh menekankan bahwa kelapa sawit adalah komoditas unggulan Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai 30 miliar dolar AS atau setara Rp 462 triliun. Namun ia mengkritik intervensi pihak lain dalam penentuan harga sawit
"Ini hal yang sangat aneh. Kita yang menguasai produk tapi harga ditentukan oleh orang lain," ujar Saleh.
Pada kesempatan itu, Saleh juga menjelaskan hilirisasi sawit dapat memberikan banyak manfaat bagi perekonomian nasional. Salah satunya adalah melalui penggunaan biodiesel B35, yang dapat menghemat devisa hingga Rp 161 triliun dan menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 18 juta orang.
Hilirisasi sawit juga dinilai dapat mendukung upaya Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE). Ia memperkirakan potensi dekarbonisasi sebesar 35 juta ton CO2.
Lewat peluncuran buku, Saleh berharap dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan industri sawit Indonesia. Ia menekankan pentingnya menjaga kelapa sawit sebagai komoditas strategis dan tidak mengulang sejarah rempah-rempah yang pernah berjaya namun kini mulai terlupakan.
"Saya berharap lumbung sawit tidak seperti rempah-rempah yang berjaya di abad 15 dan 16, tapi sekarang sayup-sayup saja terdengarnya. Jangan seperti itu kondisinya," ujar Saleh lagi.
Pada kesempatan itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang turut hadir dalam peluncuran mengatakan nilai keekonomian sawit dari hulu ke hilir diperkirakan akan mencapai Rp 775 triliun pada 2024. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Agus menjelaskan kontribusi sektor industri pengolahan sawit terhadap PDB juga mencapai sekitar 3,5 persen. Ia pun berkata bahwa diperlukan strategi hilirisasi yang menyeluruh dari hulu ke hilir untuk mencapai potensi maksimal sektor sawit.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyoroti potensi pengembangan bioavtur dari kelapa sawit sebagai bagian dari hilirisasi. Bioavtur diharapkan dapat mendukung industri penerbangan di masa depan, dengan proyeksi penggunaan massal pada tahun 2060.