Investor Taiwan Minat Bangun Pabrik Tekstil di RI, Beri 4 Syarat ke Pemerintah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan Asosiasi Tekstil Taiwan di kantornya pada Jumat (1/11). Airlangga mengatakan perusahaan-perusahaan tekstil dari Taiwan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia, tetapi dengan sejumlah syarat.
"Ini karena beberapa dari mereka sudah ada yang investasi di Indonesia juga, di daerah Purwakarta," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (1/11).
Meski begitu, Airlangga mengatakan terdapat sejumlah syarat yang perlu dipenuhi sebelum melakukan investasi di Indonesia. Pertama, berkaitan dengan proses pembelian tanah yang lebih mudah. Airlangga pun mengarahkan para investor Taiwan ini untuk masuk ke kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk memudahkan prizinan analisis dampak lingkungan atau amdal.
"Kalau masuk kawasan itu (KEK) akan menjadi mudah karena semuanya sudah selesai, baik amdal maupun lahan," ujar Airlangga.
Syarat kedua, yakni kepatuhan terhadap standar environmental, social, and governance (ESG), khususnya berkaitan dengan energi hijau. Airlangga menuturkan, industri tekstil yang high end meminta adanya kepatuhan terhadap ESG energi hijau.
"Energi hijau kan bisa dari gas, bisa dari hydro, bisa dari solar floating. Itu di Jawa Barat semuanya tersedia," kata Airlangga.
Investor Taiwan juga meminta penyesuaian harga gas industri untuk produksi. Airlangga menyebut, investor Taiwan mengeluhkan harga gas industri yang di atas US$ 12 per Million British Thermal Unit (MMBTu).
"Saya katakan kalau harganya US$ 9 per MMBTu, itu rata-rata industri dapat segitu," ujar Airlangga.
Syarat keempat adalah kepastian pasar. Airlangga mengatakan selama ini keuntungan investasi para investor Taiwan sebanyak di Cina sama Vietnam.
RI Harus Rampungkan Proses Perundingan IEU-CEPA
Syarat keempat itu membuat Indonesia perlu merampungkan proses perundingan perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-Uni Eropa atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Airlangga mengatakan, Vietnam selama ini sudah memiliki keuntungan karena memiliki EU-CEPA dan perjanjian The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
"Dengan adanya EUCEPA dan CPTPP, maka membuka pasar dengan biaya masuknya nol. Sedangkan Indonesia saat sekarang dengan Eropa masih 16-20%," kata Airlangga.
Jika Indonesia bisa merampukan IEU-CEPA, menuut Airlangga, investor Taiwan berencana merelokasi pabriknya, bahkan membuka kemungkinan untuk memindahkan pabrik mereka yang berada di Vietnam.
"Karena persoalannya hari ini industri ini agak resah karena sebagian yang mereka tadinya investasi di Bangladesh dengan politik Bangladesh yang bergejolak, mereka mencari tempat lain," ujar Airlangga.
Airlangga menambahkan, investor juga melihat Vietnam, Indonesia, dan Thailand memiliki pasar domestik yang menjanjikan sehingga menjadi salah satu daya tarik untuk investor Taiwan merelokasi investasinya.
"Jadi itu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan," kata Airlangga.