Kritik Pengamat soal Perombakan Direksi dan Komisaris Pertamina
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak jajaran direksi dan komisaris PT Pertamin pada Senin (4/11). Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS, antara lain menetapkan Simon Aloysius Mantiri sebagai direktur utama dan Mochamad Iriawan alias Iwan Bule sebagai komisaris utama.
Simon tercatat sebagai Anggota Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra periode 2020-2025. Sedangkan Iwan Bule, bergabung dengan Partai Gerindra pada April 2023, menempati posisi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan, pemilihan Simon sebagai pemimpin direksi Pertamina dinilai tepat. “Karena dia punya pengalaman memimpin perusahaan energi,” kata Fahmy saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (5/11).
Menurut informasi yang tertera di LinkedIn pribadinya, Simon pernah menjabat sebagai personal assistant yang bertanggung jawab kepada Chief Executive Officer (CEO) hingga direktur di PT Nusantara Energy sendiri. Perusahaan ini terafiliasi dengan Prabowo Subianto.
Nusantara Energy didirikan pada 2001 yang bergerak di berbagai lini bisnis, mulai dari pertambangan batu bara, kelapa sawit, hingga perhutanan. Perusahaan ini membawahi 27 perusahaan yang bergerak di dalam maupun luar negeri.
Namun, Fahmy menilai pengangkatan Iwan Bule sebagai komisaris utama kurang tepat, karena tidak mempunyai pengalaman di bidang energi. “Tapi dengan latar belakang Iwan sebagai Kapolda, cukup mendukung pekerjaannya sebagai komisaris utama,” ujarnya.
Iwan Bule merupakan purnawirawan perwira tinggi Kepolisian Republik Indonesia yang terakhir menjabat sebagai Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional. Lulusan Akademi Kepolisian 1984 ini pernah menempati sejumlah posisi strategis di kepolisian, seperti Kapolda NTB, Kapolda Jabar dan Kapolda Metro, serta Kepala Divisi Profesi dan pengamanan Polri.