Menko Zulhas Targetkan Tidak Impor Beras Tahun Depan, Stok Cukup
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memperkirakan pemerintah tidak perlu mengimpor beras tahun depan. Ia meyakini stok Cadangan Beras Pemerintah akan cukup meski neraca produksi beras diprediksi defisit pada Oktober 2024-Februari 2025.
Zulhas mengakui produksi beras pada Januari-Februari umumnya hanya 1 juta sampai 1,5 juta ton per bulan. Pada saat yang sama, kebutuhan beras per bulan pada awal tahun depan mencapai 2,5 juta ton per bulan. Namun, ia meyakini stok tetap cukup.
"Stok CBP terakhir di Perum Bulog 2 juta ton dan akan dijaga sampai akhir Desember 2024. Karena stok cukup, kemungkinan tahun depan kami berusaha untuk tidak impor beras," kata Zulhas di kantornya, Senin (11/11).
Berdasarkan paparan Bulog, total beras yang ada di gudang Bulog mencapai 1,77 juta ton per kemarin, Minggu (10/11). Stok CBP mencapai 1,51 juta ton dan beras komersial Bulog sejumlah 269.302 ton.
Bulog memiliki kuota impor beras sejumlah 3,6 juta ton. Hingga kemarin, Minggu (10/11), total beras impor yang telah terkontrak mencapai 3,55 juta ton, sedangkan yang telah diba di dalam negeri sejumlah 2,97 juta ton.
Zulhas mengatakan seluruh kuota beras impor pada tahun ini tidak dapat tiba di dalam negeri. Karena itu, pengapalan beras impor akan dilanjutkan pada tahun depan sekitar 300.000 ton.
"Kalaupun ada impor beras tahun depan, jumlahnya akan sedikit," katanya.
Di sisi lain, Zulhas menegaskan pemerintah tidak akan menambah kuota impor beras pada akhir tahun ini. Ia sempat mengatakan pemerintah berencana mengimpor 1 juta ton beras pada akhir tahun ini.
Zulhas menjelaskan, 1 juta ton beras impor tersebut sudah termasuk dalam kuota impor 3,6 juta ton tahun ini. "Ini bukan impor baru, tapi menyelesaikan sisa kuota yang lama. Mudah-mudahan tahun depan tidak ada impor beras. Menteri Pertanian kita harus kerja keras," ujarnya.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi sebelumnya menargetkan, Cadangan Beras Pemerintah mencapai 2 juta ton pada akhir tahun ini. Menurutnya, peningkatan CBP penting untuk mengantisipasi defisit neraca produksi beras pada Januari-Februari 2025.
Arief menyampaikan, volume CBP sejumlah 2 juta ton akan dipertahankan sepanjang tahun depan. Angka tersebut lebih besar 66,67% dari ketentuan perundangan sejumlah 1,2 juta ton setiap saat.
Data Badan Pusat Statistik memperkirakan, tren produksi beras setiap Januari-Februari lebih rendah dari konsumsi beras bulanan nasional sekitar 2,5 juta. Neraca produksi beras Januari-Februari 2023 tercatat defisit hampir 900.000 ton.
BPS mendata, volume produksi beras secara agregat pada 2024 turun 2,44% secara tahunan menjadi 30,34 juta ton. Pada saat yang sama, volume konsumsi naik 1,01% secara tahunan menjadi 30,92 juta ton.
Neraca produksi beras sepanjang tahun ini diperkirakan bakal minus hingga 590.000 ton. Angka tersebut lebih rendah 222,92% dari realisasi neraca produksi pada 2023 sebanyak 480.000 ton.