CORE: Kebijakan Trump akan Picu Ketegangan Perdagangan Baru

Rahayu Subekti
23 November 2024, 20:10
Donald Trump ketika berbicara tentang hasil awal pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Kamis (4/11/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/foc/cf
Donald Trump ketika berbicara tentang hasil awal pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Kamis (4/11/2020).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksikan kebijakan perdagangan Donald Trump diperkirakan memicu ketegangan perdagangan baru dan mempengaruhi rantai pasok global.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan proyeksi atas kondisi itu akibat rencana Trump mengenakan tarif hingga 60% untuk produk Cina dan 10%-20% untuk produk asing lainnya. “Indonesia sebetulnya memang bukan target utama, tapi ada efek yang bisa kita rasakan pada 2025,” kata Faisal dalam acara CORE Economic Outlook 2025 di Jakarta, Sabtu (23/11).

Faisal menjelaskan, Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar dunia menunjukkan tren perlambatan dengan proyeksi pertumbuhan yang menurun dari 2,8% pada 2024 menjadi 2,2% pada 2025. Meskipun demikian, kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Trump seperti pemotongan pajak perusahaan dari 21% menjadi 15% bersama dengan insentif untuk investasi domestik, berpotensi menarik arus modal masuk ke AS.

“Hal ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melalui peningkatan investasi dan aktivitas pasar modal,” ujar Faisal.

Di sisi lain, Faisal mengatakan, kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Trump yang mencakup peningkatan tarif impor untuk melindungi industri domestik juga berpotensi menambah ketegangan dalam hubungan perdagangan global.

Selain itu, kebijakan yang lebih ketat terhadap pekerja ilegal diperkirakan akan meningkatkan biaya tenaga kerja di sektor-sektor yang sangat bergantung pada imigran seperti pertanian dan jasa. “Ini dapat menambah tekanan pada inflasi domestik,” ujar Faisal.

Faisal mengungkapkan, potensi inflasi yang lebih tinggi akibat dari kebijakan-kebijakan Trump kemungkinan akan berdampak kepada kebijakan Federal Reserve atau The Fed. Faisal memproyeksikan The Fed akan menahan penurunan suku bunga lebih lanjut.

“Ini selanjutnya akan mendorong peningkatan aliran modal dari negara-negara berkembang ke negara itu,” kata Faisal.

Pertumbuhan Ekonomi Cina akan Melambat

Cina juga akan menghadapi prospek yang menantang dengan pertumbuhan diproyeksikan menurun dari 4,8% pada 2024 menjadi 4,5% pada 2025. Faisal mengatakan, perlambatan ini dapat diperparah oleh kebijakan Trump yang mendorong strategi Cina plus one karena perusahaan-perusahaan global mulai mendiversifikasi rantai pasokan mereka ke negara-negara lain.

“Kombinasi pelemahan ekonomi domestik Cina, terutama oleh masih berlanjutnya dampak krisis properti di negara itu, serta tekanan perdagangan global akibat imbas kebijakan Trump akan memberikan pukulan ganda pada ekonomi Cina pada tahun mendatang,” kata Faisal.

CORE Indonesia memproyeksikan, ekonomi negara-negara berkembang hanya tumbuh stabil di kisaran 4,2% pada 2024 dan 2025. Namun, proyeksi ini bersifat dinamis, mengingat potensi peningkatan tekanan di sektor keuangan serta kebijakan perdagangan global yang semakin proteksionis.

Di sisi lain, ketegangan antara Cina dan AS dapat menciptakan peluang bagi negara-negara Asia yang mampu menarik investasi melalui strategi Cina plus one. Hal ini mendorong relokasi rantai pasok dari Cina ke wilayah Asia lainnya.

Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...