Pemerintah Tak akan Realisasikan Impor Beras 800 Ribu Ton Tahun Ini
Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyatakan, tidak akan mengontrak 800.000 ton sisa kuota impor beras tahun ini. Total impor beras pada tahun ini hanya mencapai 2,8 juta ton atau lebih rendah 8,49% dari realisasi tahun lalu.
Beras impor umumnya akan menjadi cadangan beras pemerintah atau CBP yang dikelola Perum Bulog. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, langkah tersebut penting agar Bulog dapat menyerap hasil produksi gabah lokal saat musim panen raya yang dimulai akhir Februari 2025.
"Kami harus menyiapkan panen raya yang hasil produksi gabahnya antara 12-13 juta ton pada Februari-Maret 2025. Jangan sampai kita tidak tidak siap menyerap gabah tersebut," kata Arief di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Senin (9/12).
Arief menilai, harga gabah dapat jatuh pada musim panen tahun depan atau di bawah Harga Pembelian Pemerintah senilai Rp 6.000 per kilogram. Bulog harus mempersiapkan ruang agar dapat menyerap produksi lokal tahun depan.
Ia mengakui produksi beras pada Januari-Februari 2025 akan berada di bawah 2 juta ton atau masuk masa paceklik. Namun, ia memprediksi Bulog akan mengantongi sekitar 2 juta ton beras hingga akhir tahun ini.
Menurutnya, stok beras Bulog pada akhir tahun telah memperhitungkan pembagian Bantuan Pangan sejumlah 220 juta ton kepada 22 juta bantuan penerima pangan bulan ini. Arief mengonfirmasi program tersebut akan dilanjutkan pada Januari-Februari 2025.
Arief sebelumnya mendata, stok cadangan beras pemerintah atau CBP di gudang Perum Bulog sejumlah 2,07 juta ton pada pekan lalu, Kamis (5/12). Volume cadangan beras yang diwajibkan pemerintah adalah 1,2 juta ton.
"Memang angka produksi beras pada bulan ini hingga Februari 2025 di bawah 2 juta ton per bulan. Karena itu, pemerintah memang perlu menggunakan CBP," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Nataru 2024/2025 di Jakarta, Kamis (5/12).
Ia menyampaikan, CBP saat ini telah tersebar di 1.600 gudang Bulog. Total CBP saat ini mencapai 1,75 juta ton, sedangkan 311.348 ton CBP masih dalam perjalanan dari luar negeri.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, produksi beras baru mulai pulih usai dihantam El Nino pada tahun lalu. Hal ini menjadi salah satu penyebab neraca produksi beras masih akan defisit pada akhir tahun ini.
Peningkatan produksi paling besar diproyeksi terjadi bulan lalu sebesar 21,03% secara tahunan atau 530 ribu ton menjadi 3,05 juta ton. Peningkatan terkecil diprediksi ada pada Desember 2024 sebesar 4,39% secara tahunan atau 50 ribu ton menjadi 1,19 juta ton.
Menurut Amran, peningkatan produksi selama lima bulan terakhir tahun ini disebabkan program pompanisasi. Program tersebut memanfaatkan air dangkal atau air di atas tanah dengan pompa ke lahan pertanian.
Amran mengasumsikan rata-rata harga beras per kilogram hasil surplus tersebut senilai Rp 12 ribu. Dengan demikian, program pompanisasi mendatangkan perekonomian senilai Rp 14,28 triliun dalam bentuk beras lokal.