Pasar Khawatir Perlambatan Ekonomi Global, Rupiah Diramal Masih Terus Tertekan

Rahayu Subekti
12 Maret 2025, 10:09
rupiah, dolar, nilai tukar
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc.
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah melemah 0,21% ke level 16.442 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Rabu (12/3). Sejumlah analis memproyeksikan rupiah masih akan terus tertekan pada perdagangan hari ini.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah dipicu adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi global. “Pasar mengkhawatirkan perlambatan ekonomi terjadi secara global sehingga aset-aset berisiko di pasar emerging seperti saham dan nilai tukar juga mengalami tekanan,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (12/3).

Ia menjelaskan, indeks dolar AS terlihat masih dalam tekanan di level 103.45 pada pagi ini, seiring kekhawatiran resesi di Amerika Serikat akibat kebijakan kenaikan tarif dari Presiden Donald Trump.

Namun, menurut dia, reaksi pasar pada pagi ini sedikit lebih positif karena Trump membatalkan rencana aksi balasan menaikan dua kali lipat tarif ke Kanada. Sebagian indeks saham Asia positif pagi ini.

“Tapi efek positif ini belum tentu terjadi di pasar Indonesia karena kekhawatiran pasar masih tinggi terhadap peluang perlambatan ekonomi,” kata Ariston.

Ariston memproyeksi rupiah masih berpotensi tertekan hari ini ke arah 16.500 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran 16.350 per dolar AS.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong juga memproyeksikan pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada hari ini. “Rupiah diperkirakan akan berada pada level Rp 16.350 per dolar AS hingga Rp 16.450 per dolar AS,” ucap Lukman.

Lukman mengatakan hal ini di tengah sentimen risk off yang masih berkelanjutan karena kekhawatiran akan eskalasi perang dagang setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif Kanada dua kali lipat.

Dari sisi domestik, Lukman mengatakan penurunan peringkat obligasi negara Indonesia oleh Goldman Sachs juga akan sangat menekan rupiah.

Bank investasi asal AS itu menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Goldman Sachs juga menurunkan peringkat surat obligasi negara bertenor 10 tahun hingga 20 tahun menjadi neutral

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...