Menteri Maman Tegaskan Efisiensi Anggaran Tak Ganggu Penjualan Produk UMKM


Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman, mengatakan kebijakan efisiensi pemerintah tidak menurunkan nilai belanja produk UMKM pada kuartal pertama tahun ini. Hal tersebut disampaikan menanggapi data perlambatan pertumbuhan ekonomi Januari-Maret 2025 sebesar 4,87% secara tahunan.
Badan Pusat Statistik mendata pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun lalu mencapai 5,11% secara tahunan. Dari enam komponen Produk Domestik Bruto, hanya konsumsi pemerintah yang tercatat susut 1,38% secara tahunan.
"Tidak ada hubungan antara kebijakan efisiensi dengan transaksi pemerintah untuk barang dan jasa UMKM. Sampai hari ini, proses aktivitas transaksi pengadaan dan perluasan akses pasar UMKM tetap berjalan," kata Maman di kantornya, Selasa (6/5).
Walau demikian, Menteri UMKM mengakui pola pikir pemerintah dalam menggunakan anggaran negara berubah menjadi lebih berorientasi pada dampak. Menurutnya, hal tersebut merupakan efek positif lantaran dampak penggunaan anggaran negara yang dirasakan masyarakat kini lebih optimal.
Pada saat yang sama, Maman menegaskan pemerintah tetap mengalokasikan 40% dari anggaran belanja pada produk dan jasa besutan UMKM. "Jadi, tidak ada hubungan antara kebijakan efisiensi dan pengadaan barang dan jasa UMKM. Sebab, pemerintah tetap wajib mengakomodasi UMKM," ujarnya.
Selain konsumsi pemerintah, Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan perlambatan pertumbuhan terjadi pada produk modal tetap bruto atau PMTB juga tumbuh melambat dari 3,78% menjadi 2,12%. Adapun pertumbuhan PMTB yang masih terjadi didorong oleh komponen mesin dan perlengkapan, serta kendaraan.
Komponen ekspor juga tercatat tumbuh melambat dari 12,66% menjadi 5,68%. Sedangkan komponen impor naik dari 1,48% menjadi 6,78%.
Amalia juga menjelaskan, ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia pada kuartal pertama tahun ini tetap tumbuh, meski sebagian mengalami perlambatan. Ekonomi Amerika Serikat tumbuh 2% pada kuartal I 2025 meski melambat dibandingkan kuartal I 2024 sebesar 2,9.
Bahkan, Ekonomi Korea Selatan terkontraksi 0,1% dalam tiga bulan pertama tahun ini, berbalik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 3,3%.
Di sisi lain, ekonomi Cina tumbuh 5,4%, membaik dibandingkan kuartal I 2024 sebesar 5,2%. Ekonomi Malaysia, Vietnam, dan Singapura juga tumbuh lebih baik dibandingkan kuartal I 2024 yakni mencapai 4,4%, 6,9% dan 3,8% pada kuartal pertama tahun ini.