Asosiasi: Pengembang Kecil Sulit Bangun Desain Rumah Subsidi 14 Meter Persegi
Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia menilai desain rumah subsidi seluas 14 meter persegi dapat menjadi jawaban hunian di perkotaan. Namun, desain ini tidak akan dapat digunakan oleh mayoritas pengembang rumah subsidi.
Wakil Ketua Umum Bidang Perizinan, Pertanahan, Advokasi, dan Kebijakan Publik Apersi Mohammad Solikin mengatakan pengembang rumah subsidi hanya memiliki lahan di luar perkotaan. Sebagian besar lahan perumahan di kawasan perkotaan kini dikuasai pengembang besar.
"Hanya pemerintah daerah dan pengembang besar yang memiliki aset tanah sesuai dengan desain rumah subsidi berukuran 14 meter persegi. Kami akan tetap bermain di pinggiran kota," kata Solikin kepada Katadata.co.id, Jumat (13/6).
Saat ini 80% anggota Apersi merupakan pengembang perumahaan subsidi. Mereka menyatakan siap menghadapi pengembang besar yang berniat masuk ke pasar tersebut.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait mengatakan Lippo Group berminat membangun rumah bersubsidi berukuran 14 meter persegi dengan harga Rp 105 juta per unit. Angka ini di bawah harga maksimal rumah bersubsidi berukuran 36 meter persegi di Jabodetabek, yakni Rp 168 juta per unit.
Sebelumnya, Komisioner Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat Heru Pudyo Nugroho menyebut pemerintah tengah mengkaji amandemen ketetapan harga rumah subsidi. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga minat pengembang, khususnya rumah susun (rusun) subsidi.
Saat ini, harga rumah subsidi diatur melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 995 Tahun 2021, yang menetapkan harga tanah per meter persegi di tiap provinsi dan kota. Contohnya, rata-rata harga rusun di Jakarta adalah Rp 9,16 juta per meter persegi atau sekitar Rp 329,76 juta per unit.
"Aturan tersebut sedang dikaji ulang seiring meningkatnya harga properti saat ini. Harga rusun saat ini idealnya sekitar Rp 12 juta per meter persegi," ujar Heru pada 24 April 2025.
Revisi aturan tersebut menjadi penting karena 78% kebutuhan atau backlog perumahan berada di kawasan perkotaan. Menurut dia, pembangunan rusun menjadi solusi utama dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Heru mengakui harga rusun saat ini hampir dua kali lipat dari harga rumah tapak. Contohnya, satu unit rumah susun tipe 36 dengan dua kamar tidur kini sudah menyentuh harga Rp 350 juta.
