PMI Juni Kembali Anjlok, Pengusaha Desak Pemerintah Lakukan Intervensi
Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo menyatakan saat ini sektor manufaktur tengah membutuhkan dukungan konkret dari pemerintah. Hal tersebut disampaikan menanggapi kembali turunnya Purchasing Manager's Index atau PMI Indonesia Juni 2025 ke level kontraksi menjadi 46,9.
Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani mengatakan penurunan PMI selama tiga bulan berturut-turut menjadi sinyal serius bahwa industri sedang menghadapi tantangan berat, termasuk lemahnya permintaan dan naiknya biaya produksi.
"Kami memandang pemerintah perlu melakukan percepatan stimulus daya beli, insentif produksi, dan perbaikan ekosistem logistik dan energi agar industri bisa menjaga kelangsungan produksi," kata Shinta kepada Katadata.co.id, Selasa (1/7).
Shinta menegaskan tren penurunan PMI sejak April menunjukkan pelaku industri mulai melakukan efisiensi dan pengetatan produksi akibat sepinya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini juga mengikis optimisme industri untuk melakukan ekspansi dalam waktu dekat.
Salah satu penyebab penurunan produksi adalah kenaikan biaya input, terutama bahan baku dan energi. Meski demikian, penyesuaian harga jual dinilai masih terbatas karena tekanan dari daya beli konsumen yang lemah.
Untuk itu, Shinta mengapresiasi langkah pemerintah yang merevisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Untuk diketahui, beleid tersebut kini telah diganti dengan penerbitan sembilan aturan baru terkait kebijakan dan pengaturan impor.
Shinta menilai amandemen Permendag Nomor 8 Tahun 2024 memiliki momentum yang tepat. Sebab, langkah tersebut menunjukkan pemerintah serius dalam merespon masukan dan aspirasi dunia usaha.
"Termasuk aspirasi industri padat karya yang kini menghadapi tantangan besar akibat melemahnya daya beli global dan tekanan biaya produksi," katanya.
PMI Indonesia Terendah Ketiga Sejak 2021
Standard & Poor's Global mencatat PMI Indonesia bulan lalu menduduki peringkat ketiga dari bawah sejak Agustus 2021 di posisi 43,7. Adapun, peringkat PMI Indonesia menduduki level 46,7 pada April 2025.
Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti mengatakan pendorong utama turunnya PMI Indonesia per Juni 2025 adalah pelemahan permintaan pasar lokal. Sebab, performa ekspor nasional pada bulan lalu dinilai tidak berubah selama tiga bulan berturut-turut.
Karena itu, Bhatti melaporkan pembelian bahan baku konsisten melemah selama pada April-Juni 2025. Pada saat yang sama, stok produk manufaktur di gudang terus susut akibat penurunan volume produksi.
Selain permintaan, penurunan volume produksi didorong oleh naiknya harga bahan baku pada bulan lalu. Walau demikian, penyesuaian harga jual yang dilakukan pelaku industri cenderung minimum.
"Tingkat kepercayaan diri dunia bisnis menyentuh titik terendah sejak Oktober 2024. Hal tersebut sejalan dengan beberapa pabrikan yang mengkhawatirkan laju perekonomian global," kata Bhatti.
