Kadin Gelontorkan Rp 540 Miliar Bangun 270 Dapur MBG
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Anindya Bakrie mengatakan Kadin Indonesia akan membangun 270 dapur untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dapur-dapur ini ditargetkan selesai pada September atau Oktober mendatang.
“Kadin dengan sumber dayanya sendiri membangun 270, menuju pembangunan 1.000 dapur,” kata Anindya dalam Rakornas Kadin Indonesia Bidang Koperasi dan UMKM 2025, Rabu (20/8).
Berdasarkan penghitungannya, satu dapur MBG membutuhkan pembiayaan sebanyak Rp 2 miliar. Dengan jumlah 270 dapur MBG yang akan dibangun hingga Oktober nanti, jumlah biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 540 miliar.
“Lebih dari setengah triliun rupiah dan ini merupakan kocek sendiri (pembiayaan pribadi). Kami semua pengusaha dari kocek sendiri, bisa untuk, bisa rugi tergantung dari kepercayaan terhadap pemerintah,” ujarnya.
Namun dirinya percaya program MBG akan tetap berjalan. MBG merupakan salah satu program astacita Presiden Prabowo Subianto.
Bangun 1.000 Dapur MBG
Kadin Indonesia sebelumnya mengajak pengusaha Cina kerja sama dalam program MBG. Kadin menargetkan membangun 1.000 dapur MBG.
Anindya menjelaskan melalui Kadin Cina menawarkan pengusaha-pengusaha Cina untuk ikut berinvestasi dalam proyek pembangunan 1.000 dapur MBG itu. “Mereka banyak sekali ingin partisipasi. Ada yang ingin di CSR-nya saja,” kata Anindya saat ditemui selepas acara kunjungan resmi Perdana Menteri (PM) Cina Li Qiang di Istana Merdeka, Minggu (25/5).
Kadin Indonesia saat ini, kata Anindya, membangun beberapa dapur MBG sebagai proyek awal (pilot project) dari 1.000 dapur MBG itu. Jumlah dapur yang dibuat Kadin Indonesia ada 16 unit, sementara di daerah ada sekitar beberapa ratus. Kemudian Kadin menawarkan kepada pengusaha Cina dalam bentuk paket investasi dapur MBG.
"Mereka (investor, red.) bisa berkontribusi dari misalnya dapurnya sendiri sebagai CSR, karena sudah ada paketnya. Apakah itu Rp 2 miliar, atau bagaimana,” kata Anindya.
Dia melanjutkan para calon investor itu juga dapat berkontribusi dari pasokan protein ataupun karbohidrat yang menjadi menu-menu wajib makan bergizi gratis. “Tetapi bukan saja memasok, impor seperti biasa, tetapi juga membuat pertaniannya sendiri, agrikulturnya sendiri. Dan yang terakhir, saya lihat juga ya mereka ingin fokus juga untuk membantu supaya logistiknya lebih baik,” sambung Anindya.
