Menilik Potensi dan Tantangan Investasi Danantara Rp 20 T di Peternakan Unggas

Andi M. Arief
11 November 2025, 16:43
Pekerja menata telur ayam ke dalam rak di peternakan ayam petelur Al Hanan Farm di Desa Morome, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (20/10/2025). Pemprov Sulawesi Tenggara menyalurkan bantuan sebanyak 8.040 ayam petelur untuk empat kabupat
ANTARA FOTO/Andry Denisah/YU
Pekerja menata telur ayam ke dalam rak di peternakan ayam petelur Al Hanan Farm di Desa Morome, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (20/10/2025). Pemprov Sulawesi Tenggara menyalurkan bantuan sebanyak 8.040 ayam petelur untuk empat kabupaten dan kota di wilayah itu sebagai upaya meningkatkan populasi dan produksi telur yang selama ini bergantung terhadap pasokan dari daerah lain.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah melalui Danantara berencana menggelontorkan Rp 20 triliun untuk memperkuat sektor peternakan unggas nasional, terutama di luar Pulau Jawa. Meski potensi program ini besar untuk meningkatkan produksi daging dan telur ayam, sejumlah tantangan klasik, seperti logistik dan ketersediaan pakan, menjadi sorotan utama.

Presiden Asosiasi Peternak Layer Nasional atau APLN, Ki Musbar Mesdi, mengatakan rencana pendanaan proyek peternakan ayam senilai Rp20 triliun oleh Danantara berpotensi tidak efektif karena menghadapi persoalan klasik di sektor unggas, seperti logistik dan biaya pakan yang tinggi di luar Pulau Jawa. Program ini disebut-sebut akan mendukung kebijakan Makan Bergizi Gratis.

Mesdi menyatakan dukungan investasi ke industri peternakan ayam senilai Rp 20 triliun pada tahun depan. Sebab, dana segar tersebut dinilai dapat meningkatkan ketahanan daging dan telur ayam di luar Pulau Jawa, khususnya bagian timur Indonesia.

"Permintaan daging dan telur ayam untuk paruh kedua tahun depan akan tinggi. Maka dari itu, memang perlu ada penambahan produksi telur di luar Pulau Jawa," kata Musbar kepada Katadata.co.id, Selasa (11/11).

Namun demikian, dia mengatakan, efektivitas program tersebut tetap bergantung pada kesiapan infrastruktur distribusi dan fasilitas pendukung seperti pabrik pakan.

"Kalau pakannya hanya tersedia di Makasaar, apakah bisa melayani daerah-daerah pelosok?Biaya produksi akan tinggi bila ongkos transportasi juga tinggi," ujarya.

Tantangan Distribusi Daging Ayam

Dia mengatakan masalah utama distribusi daging ayam dan telur adalah transportasi. Jika pakan dan DOC tidak bisa didistribusikan cepat, tujuan pemeratan produksi sulit tercapai.

Ia menjelaskan, dari total Rp20 triliun dana yang digelontorkan, separuhnya direncanakan untuk sektor unggas pedaging (broiler) dan sisanya untuk ayam petelur (layer). Namun hingga kini, petunjuk teknis pelaksanaan dan mekanisme pendistribusian bibit ayam (DOC) ke luar Pulau Jawa belum tersedia.

Selain infrastruktur, kebijakan proteksi di sejumlah daerah juga disebut berpotensi menghambat distribusi antarwilayah. Beberapa pemerintah provinsi masih membatasi masuknya produk unggas dari luar daerah dengan alasan melindungi peternak lokal, padahal permintaan di wilayah tersebut terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan investasi di kawasan timur Indonesia.

Kementerian Pertanian mendata hanya ada enam provinsi yang memiliki ketahanan produksi telur ayam atau memiliki surplus lebih dari 10% pada Oktober 2025. Secara rinci, keenam provinsi tersebut adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Timur, dan Bali.

Surplus telur ayam terbesar terjadi pada Jawa Timur atau hampir 85% lebih banyak dari kebutuhan harian. Sementara itu, defisit terdalam terjadi pada Maluku atau hanya dapat menyediakan sekitar 8% dari kebutuhan telur ayam harian.

Musbar menyampaikan rencana investasi senilai Rp 20 triliun oleh pemerintah akan dilakukan dalam bentuk fasilitas produksi bibit ayam. Namun, menurutnya, pemerintah belum mengalokasikan berapa bibit yang akan ditujukan untuk peternak ayam petelur.

Investasi Rp 20 Triliun

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan rencana investasi senilai Rp 20 triliun akna digunakan untuk membangun ekosistem peternakan ayam di dalam negeri. Menurutnya, dana tersebut akan digunakan untuk membangun beberapa infrastruktur di luar Pulau Jawa, seperti pusat-pusat pembibitan modern, laboratorium genetik, serta fasilitas distribusi bibit dan pakan yang terintegrasi dengan sistem logistik nasional.

Alhasil, Amran menekankan rencana investasi ini tidak akan mengganggu bisnis peternak ayam eksisting di daerah. Menurutnya, peningkatan produksi bibit di daerah diperlukan untuk meningkatkan kepastian usaha peternak ayam di daerah.

“Pembibitan harus didukung oleh BUMN agar peternak kecil tidak kesulitan bibit dan pakan. Tapi budidaya tetap dilakukan oleh peternak rakyat. Inilah ekosistem yang sehat, saling menopang,” kata Amran dalam keterangan resmi, Selasa (10/11).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...