Program BISA Ekspor Fasilitas 1.141 UMKM, Transaksi Tembus Rp 2,2 Triliun
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan nilai transaksi dalam program UMKM "Berani Inovasi, Siap Ekspor (BISA)" telah mencapai US$ 134,4 juta atau sekitar Rp 2,23 triliun hingga November 2025. Namun realisasi pemesanan barang dari nilai transaksi tersebut baru mencapai US$ 57,45 juta atau Rp 956,31 miliar.
Budi menyampaikan nilai transaksi program UMKM BISA Ekspor merupakan hasil dari 581 kegiatan business matching sepanjang Januari-November 2025. Secara rinci, Budi mencatat telah memfasilitasi 1.141 pelaku UMKM dalam 377 sesi pitching dan 204 pertemuan langsung dengan buyer asing.
"Nilai transaksi USD 134,40 juta mencerminkan tingginya minat buyer terhadap produk UMKM Indonesia. Dukungan dari perwakilan perdagangan RI di 33 negara juga sangat penting dalam membuka akses pasar baru,” kata Budi dalam keterangan resmi, Jumat (5/12).
Seperti diketahui, target kontribusi ekspor oleh UMKM pada tahun ini adalah 10% dari total ekspor atau senilai US$ 283,49 miliar. Dengan kata lain, nilai transaksi program UMKM BISA Ekspor pada Januari-November 2025 telah berkontribusi 47,4% dari target tersebut.
Per November 2025, Budi menyampaikan sebanyak 92 pelaku UMKM telah mengikuti 39 business matching. Menurutnya, seluruh UMKM yang mengikuti program UMKM BISA Ekspor bulan lalu merupakan binaan 15 entitas, seperti PT Pertamina hingga beberapa dinas perdagangan pemerintah provinsi.
Budi mencatat nilai transaksi pada bulan lalu mencapai US$ 4,23 juta, namun realisasi transaksi hanya senilai US$ 462.435 atau sekitar Rp 7,69 miliar. Menurutnya, dua negara yang memiliki minat tinggi membeli produk UMKM lokal per November 2025 adalah Korea Selatan dan Singapura.
"Pantauan kami, minat buyer pada November 2025 didominasi produk olahan boga bahari, perikanan, rempah, kerajinan, kopi, furnitur, serta aneka makanan dan minuman olahan," kata Budi dalam keterangan resmi, Jumat (5/12).
Sebelumnya, Budi menyampaikan pelaku UMKM harus mulai memakai strategi menyerang untuk masuk pasar ekspor. Sebab, 80% dari barang di ritel modern merupakan hasil produksi UMKM.
Budi menilai digitalisasi menjadi kunci agar usaha kecil terus relevan. WhatsApp, yang banyak digunakan UMKM, dipandang sebagai kanal pemasaran yang efektif.
“Pasar tradisional terlihat sepi, padahal transaksi ramai karena semuanya pindah ke online. UMKM wajib memanfaatkan aplikasi seperti WhatsApp Business untuk menjaga pembeli tetap datang,” katanya.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi menilai, keterlibatan BUMN binaan perusahaan pelat merah dapat menggenjot kontribusi UMKM ke total ekspor tahun ini mendekati 10%. Kontribusi ekspor UMKM pada tahun lalu baru mencapai sekitar 7% dari total ekspor mencapai US$ 264,7 miliar.
"Itu data yang kami hitung dari Surat Keterangan Asal ekspor. Dengan kolaborasi kami dengan Kementerian BUMN, angka ini bisa didorong lebih banyak lagi," kata Puntodewi di Gedung Kementerian BUMN, Jumat (24/1).

Produk UMKM Unggulan 