Harga LPG di Aceh Melonjak, Pertamina Akan Lakukan Operasi Pasar
Pertamina Patra Niaga (PPN) bersama pemerintah daerah Aceh berencana melakukan operasi pasar. Direktur Utama PPN Mars Ega Legowo mengatakan hal ini dilakukan untuk mengatasi naiknya harga liquified petroleum gas (LPG) di Aceh dan wilayah bencana lainnya.
Sejumlah masyarakat Aceh sebelumnya mengeluhkan naiknya harga LPG di sana. Berdasarkan laporan Antara di lapangan, petugas kepolisian mendapati beberapa kios penjual BBM eceran di wilayah Desa Gampa dan Rundeng, Kecamatan Johan Pahlawan, serta di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, menjual LPG di atas harga resmi.
“Operasi pasar ini akan menekan spekulan yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Misalnya dia mengambil (LPG) lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi,” kata Mars dalam konferensi pers di kantor BPH Migas, Senin (15/12).
Mars mengatakan Pertamina saat ini juga berfokus untuk menyuplai LPG ke dapur-dapur umum. Dia menyebut dapur umum saat ini dibutuhkan bagi masyarakat terdampak bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada akhir November 2025.
“Mudah-mudahan 17 Desember ini mobil tangki LPG sudah sampai di Lhokseumawe sehingga pasokan tambahan ke Banda Aceh bisa meningkat,” ujarnya.
Keluhan Listrik dan BBM
Tidak hanya LPG, wilayah terdampak bencana di Aceh juga mengeluhkan pasokan listrik dan bahan bakar minyak. Masyarakat Aceh Tamiang mengeluhkan minimnya ketersediaan listrik dan BBM.
Bahkan, harga BBM Pertalite melonjak hingga Rp 25 ribu per liter. Desi (45 tahun) menyampaikan bahwa listrik di kawasan pengungsian baru tersedia setelah matahari terbenam, lalu terputus lagi sekitar pukul 22.00 WIB setiap malam.
“Listrik sudah masuk ke Aceh Tamiang walaupun hanya empat jam per hari. Kami kasihan dengan anak-anak yang kesusahan, karena sulitnya (ketersediaan) listrik,” kata Desi di kawasan pengungsian Desa Sukajadi, Kamis (11/12). Dengan keterbatasan listrik, lokasi pengungsian terasa panas. Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, setiap kepala keluarga hanya disediakan tenda darurat berukuran sekitar 4x4 meter.
Warga asal Binjai, Sumatera Utara, yang berdomisili di Aceh Tamiang, Paino (55 tahun) menjelaskan aliran listrik di pengungsian berasal dari dua unit genset hasil bantuan. Di satu sisi, BBM untuk mengaktifkan genset, langka.
Berdasarkan penelusuran Paino, semua SPBU di Aceh Tamiang terendam banjir sejak November dan. “Harga BBM di sini sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per liter untuk Pertalite eceran. Pengecer menaikkan harga sebesar-besarnya karena pasokan dari SPBU tidak ada,” kata Paino.
