Sharp Kaji Kemungkinan Hengkang dari Tiongkok, Pindah ke ASEAN
Produsen elektronik asal Jepang, Sharp Corporation tengah mempertimbangkan rencana relokasi pabrik laptop yang berbasis di Tiongkok dan produk-produk lain yang berkaitan dengan ekspor ke Amerika Serikat. Hal ini dilakukan sejalan dengan memanasnya perang dagang serta ancaman pengenaan tarif impor baru AS terhadap berbagai produk asal Tiongkok sebesar 25% atau sekitar US$ 300 miliar.
CEO sekaligus pimpinan perusahaan Tai Jeng-Wu mengatakan, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang tengah diincar untuk relokasi pabrik Sharp. "Kami memiliki banyak basis produksi di ASEAN, yang mana kami dapat membuatnya dengan murah," ujarnya, Senin (27/5) waktu setempat dikutip dari Nikkei Asian Review.
Produksi laptop Sharp yang saat ini ditangani oleh anak perusahaan Sharp Dynabook di Tiongkok, dapat dipindahkan ke fasilitas di Taiwan atau Vietnam yang dijalankan oleh Sharp atau perusahaan lain yang berada di bawah Jon Hai Precision Industry Group.
(Baca: Berkah Perang Dagang, Perakit iPhone akan Pindahkan Pabrik ke Batam)
Sebab, sekitar 10% laptop Sharp diekspor ke AS. Ini berarti akan terjadi pergeseran yang akan mempengaruhi 10.000 unit kapasitas bulanan laptop perusahaan. Sharp juga berencana memindahkan produksi layar besar Tiongkok untuk iklan dan kantor ke fasilitas Hon Hai di Meksiko.
Kabar tersebut menyusul berita sebelumnya terkait rencana Sharp mengalihkan produksi printer multifungsi kelas atas dan menengah dari Provinsi Jiangsu, Tiongkok ke Thailand. Perusahaan ini menjual hampir 100.000 printer per tahun ke pasar Amerika, atau setara 20% terhadap penjualan global.
(Baca: Lapor Jokowi, Luhut Siap Sambut Investasi Pegatron di Indonesia)
Namun, dia menekankan bahwa dampak tarif pada bisnis Sharp tak akan signifikan. Menurut catatannya, produk yang dikirim dari Tiongkok ke Amerika Serikat hanya mencakup 3,8% dari seluruh penjualan barang jadi.
Karenanya, situasi tersebut juga dipandang sebagai peluang bisnis yang bagus. Dengan menggeser produksi barang-barang yang terkena dampak ancaman tarif ke lokasi lain, Sharp dapat memberi harga lebih kompetitif dibandingkan dengan produk pesaing yang terkena pungutan, termasuk meningkatkan pangsa pasar mereka di AS.
(Baca: Dampak Perang Dagang, Produsen Korea dan Tiongkok Lirik Indonesia)
Pihaknya juga melihat peluang lain dari dampak perang dagang terhadap bisnis seluler pesaingnya, Huawei Technologies setelah masuk daftar hitam telekomunikasi AS.
Sharp menempati urutan kedua di pasar ponsel pintar Jepang, mengikuti Apple. Perusahaan berpeluang mengambil pangsa pasar dalam produk Huawei lainnya, seperti router yang selama ini menjadi salah satu spesialisasi perangkat elektronik asal Tiongkok tersebut. Namun, Sharp akan memeriksa kembali apakah ada produk yang dijualnya ke Huawei dicakup oleh larangan pasokan.