Hubungan AS-Tiongkok Terancam Merenggang Pasca Penangkapan Bos Huawei
Hubungan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok terancam kembali memanas setelah penangkapan salah satu petinggi Huawei Technologies Co.Ltd, Meng Wanzhou. Padahal, tensi perang dagang keduanya belum ini mereda setelah presiden masing-masing negara sepakat untuk mengadakan gencatan senjata selama 90 hari ke depan dalam sebuah sesi pertemuan di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara G20 di Argentina.
Melansir dari laman Reuters, Meng Wazhou dikabarkan ditangkap pada Rabu malam oleh otoritas keamanan Kanada. Meski belum diketahui pasti penyebab penangkapan itu, tapi menurut orang-orang yang mengengetahui masalah tersebut kepada Reuters mengatakan pada April lalu otoritas AS telah menyelidiki Huawei karena diduga mengirimkan produk asal AS ke Iran dan negara-negara lain yang melanggar undang-undang ekspor dan sanksi AS.
Penangkapan dan setiap sanksi potensial terhadap produsenponsel pintar terbesar kedua tersebut bisa berdampak besar pada rantai suplai teknologi global. Akibat peristiwa itu, harga saham bursa AS dan Asia jatuh seiring dengan meningkatnya kecemasan serta potensi kembali retaknya hubungan kedua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia itu, bukan hanya atas tarif tetapi juga atas hegemoni teknologi.
(Baca: Berkah Perang Dagang, Perakit iPhone akan Pindahkan Pabrik ke Batam)
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Geng Shuang pada briefing harian pada hari Kamis (6/12) mengtakan bahwa Tiongkok telah meminta Kanada dan Amerika Serikat untuk penjelasan tentang penangkapan Meng. "Tetapi mereka tidak memberikan klarifikasi apapun" katanya.
Konsulat Tiongkok di Vancouver juga menyatakan telah memberikan bantuan, namun mereka menolak komentar lebih lanjut. Pada hari Rabu (5/12), kedutaan Tiongkok di Kanada mengatakan dengan tegas menentang penangkapan dan menyerukan pembebasannya segera.
Pada bulan April, sumber mengatakan kepada Reuters bahwa pemeriksaan Departemen Kehakiman AS sedang ditangani oleh kantor pengacara AS di Brooklyn. Namun Departemen Kehakiman AS pada hari Rabu menolak berkomentar. Juru bicara kantor pengacara AS di Brooklyn juga menolak berkomentar.
(Baca juga: AS-Tiongkok Gencatan Senjata, Kekhawatiran Perang Dagang Belum Mereda)