Dibayangi Gelombang II Covid-19, Prancis dan Jerman Kembali Lockdown
Kasus penyebaran Covid-19 dunia kian bertambah dan membawa Eropa masuk gelombang kedua pandemi. Prancis dan Jerman kembali memberlakukan karantina wilayah atau lockdown untuk mengurangi laju penyebaran wabah.
"Saya telah memutuskan kita perlu kembali ke penguncian untuk menghentikan virus," kata Presiden Prancis Emanuel Macron dikutip dari Reuters, Kamis (29/10).
Penyebaran virus menurutnya terjadi dengan cepat dan sulit diperkirakan. Beberapa negara tetangga Prancis pun mengalami hal yang sama, dimana virus menyebar secara tiba-tiba.
"Kita semua berada di posisi yang sama: dibanjir gelombang kedua yang kita tahu akan lebih sulit, lebih mematikan daripada gelombang pertama," kata Macron.
Di bawah aturan baru Prancis yang mulai berlaku pada Jumat (30/10), seluruh warga diwajibkan tinggal di rumah. Pengecualian akan diberikan bagi mereka yang perlu membeli barang-barang penting, mendapatkan layanan medis, atau berolahraga hingga satu jam sehari.
Warga akan diizinkan pergi bekerja hanya untuk pekerjaan tidak bisa dilakukan dari rumah. Sama seperti sebelummua, siapa pun yang meninggalkan rumah harus membawa dokumen, yang menguatkan alasan seseorang untuk berada di luar rumah.
Prancis rata-rata mengalami lonjakan 36.000 kasus baru Covid-19. Mengutip Worldometers, hingga saat ini sudah ada 1.235.132 kasus corona di negara tersebut dan menempatkan mereka di posisi lima besar kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Lockdown di Jerman
Sementara itu, Jerman akan menutup seluruh bar, restoran dan bioskop pada 2-30 November untuk meredam lonjakan kasus Covid-19. Langkah ini berdasarkan kesepakatan antara Kanselir Jerman Angela Merkel dan para kepala pemerintah daerah setempat.
Namun, sekolah akan tetap buka, dan toko-toko akan diizinkan beroperasi dengan batasan ketat pada jumlah orang yang berada di dalam toko. "Kita perlu mengambil tindakan sekarang," ujar Merkel.
"Sistem kesehatan kita masih dapat mengatasi tantangan itu hari ini, tetapi pada kecepatan infeksi ini sistem akan mencapai batas kemampuannya dalam beberapa minggu," jata dia menambahkan.
Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz menulis di Twitter pada November akan membuktikan. Peningkatan jumlah kasus memaksa pemerintahnya untuk mengambil tindakan pencegahan besar memutus gelombang kedua.
Jerman tidak terlalu terpukul dibandingkan sejumlah negara tetangganya di Eropa awal tahun mengalami peningkatan kasus berlipat. "Kalau kita menunggu sampai unit perawatan intensif penuh, itu akan terlambat," kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn.
Negeri Panzer sudah mulai menerima pasien-pasien dari Belanda atau negara tetangga yang kapasitas rumah sakitnya sudah mencapai batas.
Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova mengatakan, ketersediaan ranjang-ranjang rumah sakit sudah terisi 90% di 16 wilayah negaranya.
Beberapa pejabat telah memperingatkan, negara dengan sistem kesehatan yang baik seperti Prancis dan Swiss pun dapat mencapai titik puncak dalam beberapa hari.
Menurut angka terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia pada Selasa (27/10), Eropa melaporkan 1,3 juta kasus baru dalam tujuh hari terakhir. Jumlah tersebut hampir separuh dari sekitar 2,9 juta kasus yang dilaporkan di seluruh dunia.
Benua Biru dalam sepekan terakhir mencatat lebih dari 11.700 kematian, yang merupakan lonjakan sebesar 37 persen dari minggu sebelumnya.
Hingga hari ini, Kamis (20/10) di seluruh dunia, kasus Covid-19 telah mencapai lebih dari 44 juta dan sedikitnya 1,17 juta orang meninggal akibat penyakit virus tersebut.
Pemerintah di seluruh Eropa telah mendapat kecaman karena kurangnya koordinasi dan dianggap gagal menggunakan jeda kasus selama musim panas untuk meningkatkan penanganan, sehingga membuat rumah-rumah sakit tidak siap.
Di Amerika Serikat, gelombang baru infeksi kembali mencatat serangkaian rekor, enam hari menjelang pemilihan presiden.
Presiden Donald Trump yang sempat meremehkan virus corona dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan membatalkan kampanye. Para pendukungnya sering menolak menggunakan masker atau menjaga jarak yang aman saat menghadiri kampanye.
Hingga saat ini, belum ada satu pun negara di dunia yang memproduksi vaksin secara massal. Sementara di Indonesia, ada beberapa kandidat vaksin yang dikembangkan seperti vaksin merah putih hasil pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi, badan riset dan inovasi nasional, serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Ada pula kolaborasi kandidat vaksin, antara bio farma dengan Sinovac perusahaan asal Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.
Di tengah penantian distribusi kandidat vaksin corona, pencegahan penularan virus corona bisa dilakukan melalui 3M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak.
Koordinator Tim Pakar sekaligus Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito pun menambahkan, gerakan 3M lebih efektif mencegah penularan jika dilakukan secara kolektif.
"Jadi adaptasinya bukan adaptasi individu, melakukan 3M, protokol kesehatan, tetapi juga adaptasi dalam menjalankan kegiatan ekonominya," kata Wiku.
Pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah 4.029 orang per 28 Oktober 2020. Alhasil, total kasus di dalam negeri sampai saat ini mencapai 400.483 dengan 325.793 pasien dinyatakan sembuh dan 13.612 orang meninggal dunia. Data selengkapnya ada dalam databoks berikut:
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan