Dikritik DPR, Menlu Sebut akan Sambangi Negara G20 Bahas Konflik Eropa
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengaku akan mewakili Presiden Joko Widodo untuk berkunjung ke sejumlah negara anggota G20 di Eropa dalam waktu dekat. Tujuannya, untuk mencari cara terbaik dalam mengatasi situasi konflik di antara Rusia dan Ukraina.
Menurut dia, Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 sudah bergerak sejak awal untuk membantu penyelesaian konflik antara kedua negara di Eropa bagian Timur tersebut.
"Kita bisa berkontribusi memberikan masukan mengenai penyelesaian masalah Ukraina, karena kalau semakin panjang tidak selesai, dampaknya akan ke G20 dan ke kita semua,” kata Retno usai Rapat Kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (6/4).
Retno menegaskan, sejak awal, Indonesia memposisikan diri sebagai pihak netral yang mendukung perdamaian. Dalam berbagai perundingan intensif, Retno menyampaikan Indonesia tidak pernah melupakan elemen kemanusiaan di dalamnya.
Pesan-pesan tersebut yang akan terus dibawa dalam berkomunikasi dengan para pimpinan G20, mulai dari level presiden, menteri, sherpa, dan co-sherpa.
“Jadi secara paralel, kami terus melakukan komunikasi, konsultasi dengan semua negara anggota G20. Karena sekali lagi, penting untuk meng-address (mengatasi) isu atau situasi yang terjadi di Ukraina,” kata Retno.
Dalam diskusi di berbagai forum, termasuk G20, isu mengenai Rusia dan Ukraina akan terus muncul. Akan tetapi, sebagai presidensi G20, Indonesia juga memiliki tanggung jawab besar terhadap isu-isu di seluruh dunia.
Sebelumnya, dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi I DPR dengan Kemenlu, Anggota Komisi I, Effendi Simbolon menyarankan Presiden Joko Widodo bersama Menlu Retno Marsudi berkunjung langsung ke Rusia dan Ukraina.
Menurutnya, hal itu perlu dilakukan untuk memanfaatkan momentum Indonesia sebagai presidensi G20. Meski G20 merupakan forum ekonomi dan bukan forum politik, Effendi menjelaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan.
“Dia berfoto bersalaman saja, itu nilai jualnya sudah luar biasa. Tidak usah diajari Pak Jokowi, biar Tuhan yang ngajarin dia,” kata Effendi.
Merasa dekat sebagai sesama politikus PDIP, Effendi menganggap keluguan Jokowi semestinya bisa dimanfaatkan untuk mencairkan suasana di antara Rusia dan Ukraina dengan pendekatan yang humanis.
Dia mengkritik Retno sebagai Menlu tidak mendorong Presiden RI untuk mengambil peran dalam urusan politik luar negeri.
“Masa Presiden Turki, Presiden Israel, Presiden Cina yang ngambil peran. Presiden Indonesia dong, yang kebetulan as official adalah presidensi dari G20, yang salah satu membernya adalah Rusia,” ujarnya.
Bagi anggota Fraksi PDIP DPR itu, peran Indonesia dalam G20 baru sebatas penyelenggara. Dia belum melihat peran menonjol Indonesia sebagai pemegang presidensi G20.
“Makanya saya sering mengatakan, ini kok kita hanya terbatas penyelenggara saja? Hanya sukses dalam EO (event organizer) saja?” tutur Effendi soal peran Indonesia dalam G20.