Jaksa Agung Ukraina Laporkan 15 Ribu Tersangka Kejahatan Perang ke ICC
Ukraina telah melaporkan sekitar 15.000 tersangka kejahatan perang sejak Rusia menginvasi negara tersebut pada 24 Februari 2022. Dari jumlah tersebut, sekitar 600 tersangka telah terdentifikasi dan 80 perkara dalam tahap penuntutan.
Akan tetapi, setiap hari terdapat sekitar 200-300 tersangka tambahan yang dilaporkan.
Menyitir BBC Internasional, daftar tersangka yang dilaporkan ke Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC) berasal dari berbagai kalangan. "Militer, politisi, dan agen propaganda Rusia," ujar Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova, dalam konferensi pers di Den Haag, Belanda, Selasa (31/5).
Meskipun penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang telah dimulai, pihak berwenang Ukraina tidak memiliki akses ke wilayah yang dikuasai Rusia. Untuk itu, mereka mewawancarai pengungsi dan tawanan perang, tambahnya.
"Investigasi sangat sulit ketika pertempuran terjadi pada saat yang sama," kata Venediktova seperti dikutip kantor berita Jerman DPA.
Venediktova mengatakan Estonia, Latvia, dan Slovakia telah memutuskan untuk bergabung dengan tim investigasi internasional di Ukraina.
Tim tersebut awalnya dibentuk oleh Ukraina, Lithuania, dan Polandia Maret lalu, untuk melakukan pertukaran informasi dan investigasi atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan. Mereka bekerja bersama ICC yang memulai penyelidikan atas dugaan kejahatan perang di Ukraina sejak awal Maret.
Venediktova mengatakan dukungan internasional sangat penting bagi Ukraina untuk menyelidiki semua kemungkinan kejahatan perang. "Kita harus mengumpulkan dan melindungi semua hal dengan cara yang benar. Bukti-bukti harus bisa diterima di pengadilan mana pun," katanya melanjutkan.
Sementara itu, Jaksa ICC Karim Khan, telah menerjunkan tim beranggotakan 42 personel, yang terdiri dari penyidik, pakar forensik, dan personel pendukung ke Ukraina.
Tim tersebut akan menjadi pendukung untuk melakukan investigasi. "Bekerja membangun pembukaan kantor di Kyiv," ujar Khan seperti dikutip dari AlJazeera, Selasa (31/5).
Terhadap tudingan ini, sebelumnya Rusia telah membantah menargetkan warga sipil ataupun terlibat dalam kejahatan perang selama melancarkan agresi yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
Sebelumnya Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan negaranya sudah berhasil melumpukan sekitar 15.000 tentara Rusia serta 3.685 peralatan tempur yang meliputi tank, pesawat, dan helikopter selama periode 24 Februari hingga 21 Maret 2022. Berikut datanya: