Ratu Elizabeth Pernah Jadi Mekanik dan Supir Truk pada Perang Dunia II
Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada Kamis (8/9) di rumahnya di Skotlandia. Sebelum naik takhta pada 1953 sebagai pemimpin Kerajaan Inggris, Elizabeth merasakan getirnya Perang Dunia II. Ia pun ikut ambil bagian sebagai mekanik dan supir truk.
Perang Dunia II dimulai ketika Ratu masih remaja. Saat itu, ibunya, juga bernama Elizabeth, dikenal sebagai Permaisuri. Meskipun banyak yang mendesak Permaisuri untuk mengevakuasi anak-anaknya, Elizabeth dan Margaret, ke Kanada.
Sang Ratu (ibu Elizabeth) menolak. “Anak-anak tidak akan pergi tanpa saya. Saya tidak akan pergi tanpa Raja, dan Raja tidak akan pernah pergi,” katanya mengutip laporan The Insider, Jumat (9/9).
Keluarga, seperti negara mereka, mengalami kesulitan. Istana Buckingham dilaporkan dibom sembilan kali selama perang. Salah satu pemboman terburuk terjadi pada tahun 1940 ketika Raja George VI dan istrinya berada di kediamannya.
Ketika Putri Elizabeth berusia 18 tahun pada tahun 1944, dia bersikeras untuk bergabung dengan Angkatan Darat, di mana dia dilatih sebagai sopir truk dan mekanik. Dia tetap menjadi satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang pernah bertugas di Angkatan Darat.
Elizabeth memulai karir militernya sebagai subaltern, istilah Inggris untuk perwira junior, di Auxiliary Territorial Service (ATS), di mana ia belajar mekanik mobil dan mengemudi truk.
Menurut laporan Time, Raja George memastikan bahwa putrinya tidak diberi pangkat khusus di angkatan darat. Dia mulai seperti wanita muda lainnya yang bergabung dengan upaya perang, tetapi kemudian naik ke pangkat komandan junior.
Kemudian menurut majalah Life edisi tahun 1945, Elizabeth saat itu tidak tidur di kamp tetapi setiap malam berkendara ke Kastil Windsor, dan hadir di kamp keesokan paginya pada jam 9 pagi. Mengutip BBC, pada puncak Perang Dunia II, ada sebanyak 210.308 wanita bertugas di ATS, dan 335 wanita terbunuh.
Elizabeth dikenal sebagai mekanik truk No. 230873 di Women's Auxiliary Territorial Service atau Layanan Wilayah Pembantu Wanita, dan ditempatkan di Mechanical Transport Training Section atau Bagian Pelatihan Transportasi Mekanik di Camberley, Surrey.
Dia menikmati kerja kerasnya sebagai mekanik, menurut majalah Collier edisi 1947. Beberapa wanita ATS tetap berada di kamp anti-pesawat, sementara yang lain melakukan perjalanan selama dinas mereka dalam apa yang dikenal sebagai unit bergerak, menurut BBC.
Putri Elizabeth menjadi Kolonel Pengawal Grenadier pada tahun 1942, setelah kematian paman buyut dan ayah baptisnya, The Duke of Cannaught, menurut Royal Collection Trust.
Lalu pada 8 Mei 1945, juga dikenal sebagai Hari Kemenangan di Eropa (V-E), adalah pertama dan terakhir kalinya dia meninggalkan Istana Buckingham untuk menghabiskan waktu bersama rakyatnya tanpa sepengetahuan mereka, menurut laporan Majalah Smithsonian.
Tanggal 8 Mei 1945, adalah hari dimana pasukan Jerman di seluruh Eropa menyerah. Hari tersebut terus dirayakan hingga kini. Namun pada 2020, peringatan 75 tahun, perayaan dibatalkan karena virus corona.
Pada akhir perang, sang Putri menyelesaikan kursusnya di Pusat Pelatihan Mekanik No. 1 ATS, dan menjadi pengemudi yang sepenuhnya memenuhi syarat.
Seusai perang, Ratu Elizabeth sering terlihat mengemudi sendiri mobil Range Rover-nya. Ia disebut sangat menikmati berada di belakang kemudi. Ratu adalah satu-satunya orang di Inggris yang diizinkan mengemudi tanpa SIM, sebagai bagian dari hak prerogatif kerajaan.