Krisis Pangan, Sebagian Warga Inggris Kelaparan Tak Mampu Beli Makanan

Yuliawati
Oleh Yuliawati
27 September 2022, 13:55
Inggris, inflasi
ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Nicholson/RWA/dj
Spanduk di Tower Bridge mengecam krisis iklim, di pusat kota London, Inggris, Jumat (8/4/2022).

Para ahli mengingatkan terjadinya potensi krisis pangan di Inggris. Selain harga energi melejit yang menaikkan harga barang kebutuhan pokok, musim kering yang berkepanjangan juga mengganggu produksi tanaman.

The Guardian melaporkan masyarakat di Inggris mulai kesulitan membeli makanan. Media itu mengutip survei sebuah badan amal makan sehat, Chefs in Schools, yang menunjukkan banyak anak sekolah di Inggris yang kelaparan karena orang tuanya tak mampu membeli makanan.

Sebuah sekolah di Lewisham, London tenggara, memberitahu badan amal itu mengenai yang "berpura-pura makan dari kotak makan yang kosong". “Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan karet di sekolah,” kata Naomi Duncan, kepala eksekutif Chefs in Schools, dikutip dari The Guardian, Selasa (27/9).

“Anak-anak juga datang ke sekolah tanpa makan apa pun sejak makan siang sehari sebelumnya.”

The Guardian juga mendapatkan informasi dari Oxford Mutual Aid, sebuah kelompok masyarakat yang mengirimkan paket makanan darurat. Lembaga amal itu kesulitan memenuhi permintaan bantuan makanan yang meningkat drastis.

“Kami berjuang untuk memenuhi permintaan. Setiap hari saya berbicara dengan keluarga yang ketakutan yang tidak tahu harus kemana. Tapi kami tidak bisa melakukan lebih dari yang sudah kami lakukan,” kata Koordinator Muireann Meehan Speed . 

Tanda-tanda krisis biaya hidup di negara itu terlihat dari laporan Kantor Statistik Nasional Inggris, indeks harga konsumen Inggris naik 9,9% per tahun,. Angka ini sedikit di bawah perkiraan konsensus dari para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebesar 10,2% dan turun dibandingkan Juli 10,1%.

Adapun inflasi Inggris secara bulanan tercatat 0,5%, sedikit di bawah perkiraan. Inflasi inti di luar energi, seperti alkohol, makanan, tembakau naik 0,8% secara bulanan atau 6,3% secara tahunan. “Penurunan harga bahan bakar motor memberikan kontribusi penurunan terbesar terhadap perubahan tingkat inflasi tahunan CPIH dan CPI antara Juli dan Agustus 2022,” kata Kantor Statistik Nasional Inggris dalam laporannya, seperti dikutip dari CNBC, Rabu (14/9).

Inggris telah dilanda krisis biaya hidup pada tahun ini karena harga pangan dan energi meroket. Kenaikan gaji gagal mengimbangi inflasi, yang telah menyebabkan salah satu penurunan paling tajam dalam catatan upah riil.

Pada awal September, Perdana Menteri Inggris yang baru Liz Truss mengumumkan paket fiskal darurat yang membatasi tagihan energi rumah tangga tahunan sebesar £2.500 atau US$2.881,90 untuk dua tahun ke depan.

Inflasi Tinggi dan Musim Kering Berkepanjangan

Harga energi yang melejit sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina menyebabkan inflasi yang tinggi di Inggris. Selain itu, curah hujan yang rendah yang mengganggu produksi tanaman. Akibatnya harga makanan melonjak tinggi.

Periode curah hujan yang rendah terus-menerus telah membuat semakin sulit untuk bercocok tanam. Kekeringan membuat petani kesulitan menanam kubis, wortel dan kentang.

Rob Percival, kepala kebijakan pangan di Soil Association mengatakan sejumlah besar petani mengalami penurunan produksi sebesar 20%.

Dia mengatakan kepada The Guardian: “Sektor buah dan sayuran tidak diragukan lagi dalam krisis. Banyak petani telah mengalami pengurangan 20 persen dalam produksi tanaman tahun ini dan sebagian besar petani mengantisipasi pengurangan lebih lanjut di tahun mendatang."

Percival mendesak Pemerintah untuk campur tangan atau risiko krisis yang meledak seperti kekurangan pangan. "Tanpa tindakan segera dan terpadu dari pemerintah, diperkirakan bisnis akan bangkrut dan berkurangnya barang-barang di rak-rak supermarket."

Bisnis Bar dan Restoran Terancam

Wali Kota London Sadiq Khan mengingatkan bahwa krisis biaya hidup bisa menjadi "fatal" bagi bisnis bar dan restoran London.

Walikota mengatakan melonjaknya biaya energi, dan daya beli pelanggan yang melemah bakal memukul bisnis perhotelan ibukota. Dia khawatir krisis ekonomi bakal terjadi seperti masa lockdown selama pandemi.

“Pemilik bar, restoran, dan kafe di London memberi tahu saya bahwa mereka khawatir terjadinya krisis seperti masa pandemi," kata dia.

Dia menjelaskan kombinasi dari meroketnya biaya makanan dan rantai pasokan, dan juga daya beli pelanggan yang melemah, akan berakibat fatal bagi banyak bisnis perhotelan di London.

Dia berharap pemerintah segera campur tangan. “Jika Pemerintah serius menginginkan pertumbuhan ekonomi, mereka harus mendukung industri perhotelan dan industri lain yang sedang berjuang - yang menyediakan begitu banyak pekerjaan dan pendapatan besar bagi bendahara.”

Enam bos pembuat bir terbesar di Inggris pun mengadu kepada pemerintah, bahwa efek dari kenaikan harga energi lebih berbahaya daripada krisis Covid-19.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...