Gempa Afghanistan Tewaskan 2.400 Orang, Mayoritas Wanita dan Anak-anak
Setidaknya 2.400 orang tewas akibat gempa di kota Herat, Afghanistan pada Sabtu (7/10). Tiga hari setelah kejadian, petugas penyelamat Afghanistan masih berupaya mengeluarkan korban dan jenazah dari bawah reruntuhan.
Gempa susulan secara berkala terus mengguncang daerah yang terkena dampak pada Senin kemarin (9/10). Hal ini menyebabkan orang-orang ketakutan dan meninggalkan rumah mereka.
Kepala tanggap darurat Organisasi Kesehatan Dunia, Alaa AbouZeid, mengatakan ada kebutuhan besar akan tempat berlindung ketika suhu turun. Masyarakat bahkan takut memasuki rumah yang rusak sebagian.
“Ada kasus-kasus yang mendapat perawatan dan harus kembali ke rumah, tapi sayangnya mereka tidak punya (rumah untuk pulang),” katanya dikutip dari Reuters, Selasa (10/10).
Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, kata AbouZeid, mengingat saat gempa terjadi, pukul 11.00, sebagian besar laki-laki sedang tidak berada di rumah.
Fasilitas Kesehatan Minim di Era Pemerintahan Taliban
Negara tetangga Afghanistan yaitu Pakistan dan Iran, telah menawarkan pengiriman pekerja penyelamat dan bantuan kemanusiaan. Sementara Palang Merah Tiongkok menawarkan bantuan tunai.
"Sebuah tim teknis dari Iran telah tiba di daerah tersebut", kata Mullah Janan Sayeeq, juru bicara Kementerian Penanggulangan Bencana.
“Saya meminta semua negara, untuk membantu kami di saat yang genting ini,” kata Sayeeq.
Dia mengatakan, warga terjebak di bawah reruntuhan di dua desa dan tim sedang bekerja untuk membebaskan mereka.
Juru bicara gubernur Herat, Nissar Ahmad Elyias, mengatakan bahwa lebih dari selusin desa di sekitar Herat telah terkena gempa. Banyak bangunan di kota Herat relatif tidak terkena dampak, namun menara masjid terkenal abad pertengahan mengalami beberapa kerusakan.
“Banyak anggota keluarga kami yang menjadi martir, termasuk salah satu putra saya, dan putra saya yang lain juga terluka,” kata warga Herat, Mir Ahmed, di sebuah rumah sakit yang merawat para korban yang selamat.
“Sebagian besar orang berada di bawah reruntuhan,” ujarnya.
Negara yang dikelilingi oleh pegunungan tersebut memiliki sejarah gempa bumi yang kuat. Sebagian besar gempa terjadi di wilayah terjal Hindu Kush yang berbatasan dengan Pakistan.
Jumlah korban tewas meningkat seiring dengan datangnya informasi dari daerah-daerah terpencil. Perang beberapa dekade yang melanda negara tersebut menyebabkan infrastruktur hancur sehingga menyulitkan operasi penyelamatan.
Sistem layanan kesehatan Afghanistan, yang hampir seluruhnya bergantung pada bantuan asing, berkurang drastis dalam dua tahun terakhir sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Banyak bantuan internasional yang menjadi tulang punggung perekonomian negara tersebut dihentikan.
Para diplomat dan pejabat bantuan mengatakan kekhawatiran atas pembatasan Taliban terhadap perempuan dan krisis kemanusiaan global yang terjadi menyebabkan para donor menarik kembali bantuan keuangannya. Pemerintah Taliban telah memerintahkan sebagian besar staf bantuan perempuan Afghanistan untuk tidak bekerja, meskipun dengan pengecualian di bidang kesehatan dan pendidikan.