Gaza Dibombardir, Bagaimana Asal Mula Konflik Israel - Palestina?
Kelompok militan Palestina Hamas dan Jihad Islam melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10). Akibatnya, Israel mendeklarasikan perang, pertama kalinya sejak Perang Yom Kippur tahun 1973.
Militan Hamas merobohkan penghalang teknologi tinggi di sekitar jalur Gaza untuk memasuki Israel. Militan yang menggunakan perahu juga mencoba memasuki Israel melalui laut.
Akibat serangan kilat tersebut, kurang lebih 900 warga Israel tewas dan sekitar 2.000 orang dirawat di rumah sakit, 19 di antaranya dalam kondisi kritis. sementara puluhan tentara dan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, ditahan di Gaza sebagai sandera.
Sementara, dikutip dari BBC dan The Guardian, lebih dari 700 warga Palestina juga tewas dalam ratusan serangan udara di Gaza yang dilakukan militer Israel sebagai balasannya.
Perang ini merupakan bagian dari konflik Israel dan Palestina yang telah lama muncul. Dikutip dari BBC dan sumber lain, berikut kronologi awal konflik:
Konflik Satu Abad
Konflik antara Israel dan Palestina berawal dari friksi berusia 100 tahun lalu. Awalnya, Inggris menguasai wilayah yang dikenal sebagai Palestina setelah mengalahkan Kesultanan Ottoman dalam perang dunia pertama.
Saat itu, tanah tersebut dihuni oleh minoritas Yahudi dan mayoritas Arab. Ketegangan antara kedua bangsa itu mulai meningkat ketika komunitas internasional mendesak Inggris untuk mendirikan "rumah nasional" di Palestina bagi komunitas Yahudi melalui 'Deklarasi Balfour'. Bagi orang Yahudi, tanah itu milik leluhur mereka, namun orang Arab Palestina juga mengklaim tanah tersebut.
Antara tahun 1920-an dan 1940-an, jumlah orang Yahudi yang tiba di sana bertambah, salah satunya akibat Holocaust pada perang dunia kedua. Pada tahun 1947, PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab, sembari menunjuk Yerusalem sebagai kota internasional. Rencana itu diterima oleh para pemimpin Yahudi tetapi ditolak oleh pihak Arab.
Pembentukan Israel
Karena tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut, Inggris keluar dari Palestina. Setelah itu, para pemimpin Yahudi mendeklarasikan pembentukan Negara Israel.
Banyak warga Palestina yang keberatan dan terjadilah perang. Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam apa yang mereka sebut Al Nakba, atau 'bencana'.
Pertempuran berakhir pada 1949 dan Israel menguasai sebagian besar wilayah tersebut. Yordania menduduki wilayah yang kemudian dikenal sebagai Tepi Barat, sementara Mesir menduduki Gaza.
Secara administrasi, Yerusalem terbagi antara Israel di Barat dan Yordania di Timur. Karena tidak pernah ada perjanjian damai, kondisi tetap memanas selama bertahun-tahun setelahnya.
Mencaplok Wilayah Tetangga
Dalam perang tahun 1967, Israel berhasil memukul mundur Suriah, Yordania, dan Mesir. Dampaknya, negara tersebut mencaplok Yerusalem Timur dan Tepi Barat, sebagian besar Dataran Tinggi Golan, Gaza, dan semenanjung Sinai Mesir.
Sebagian besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka tinggal di Gaza dan Tepi Barat, serta di negara tetangga Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Para pengungsi maupun keturunan mereka tidak diizinkan oleh Israel untuk kembali ke rumah mereka.
Israel mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan. Amerika Serikat (AS) adalah salah satu dari segelintir negara yang mengakui kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dalam 50 tahun terakhir Israel telah membangun permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, tempat tinggal lebih dari 600.000 orang Yahudi.
Pemukiman dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional – seperti yang dinyatakan oleh Dewan Keamanan PBB dan pemerintah Inggris – meskipun Israel menolak hal ini.
Munculnya Hamas
Saat ini Gaza diperintah oleh Hamas, kelompok militan Islam yang lahir usai Intifada Pertama pada 1987. Kelompok yang bertujuan menghancurkan Israel ini juga ditetapkan sebagai teroris oleh Amerika Serikat dan sukutunya.
Hamas memenangkan pemilu terakhir Palestina pada tahun 2006 dan menguasai Gaza pada tahun berikutnya dengan menggulingkan gerakan Fatah yang didirikan oleh Yasser Arafat. Gerakan ini merupakan saingan Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat.
Sejak saat itu, para militan di Gaza telah berperang beberapa kali dengan Israel yang memblokade wilayah tersebut. Blokade yang dilakukan Israel dan Mesir bertujuan untuk mengisolasi Hamas dan menekannya agar menghentikan serangan, khususnya ke kota-kota Israel.
Alasan Hamas Menyerang Israel
Belum jelas, apa yang menjadi alasan utama Hamas melancarkan serangan terbaru. Namun kekerasan telah meningkat selama berbulan-bulan antara pasukan dan pemukim Israel dengan warga Palestina di Tepi Barat. Pemukim Israel yang bersenjata telah menyerang desa-desa Palestina.
Kaum nasionalis religius ekstrem yang merupakan bagian dari pemerintahan koalisi sayap kanan Israel telah berulang kali menyerukan aneksasi wilayah Palestina. Ada juga spekulasi bahwa serangan itu mungkin didorong oleh Iran sebagai cara untuk menggagalkan langkah normalisasi hubungan Israel dan Arab Saudi.
Permasalahan lainnya juga muncul dari sejumlah isu yang tidak dapat disepakati oleh Israel dan Palestina. Beberapa hal yang belum bisa diputuskan antara lain wilayah Yerusalem, pemukiman Yahudi di Tepi Barat, hingga kepastian adanya dua negara yang berdampingan.
Israel kemungkinan akan menggunakan kekuatan penuh militernya untuk menghancurkan aktivitas militan, tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Meski demikian, Hamas kemungkinan akan memberikan respons yang keras.
Penyanderaan juga akan mempersulit respons Israel dan memberikan posisi tawar yang signifikan bagi Hamas. Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditahan di Gaza oleh Hamas selama lima tahun, akhirnya dibebaskan pada tahun 2011 dengan imbalan lebih dari 1.000 tahanan Palestina.
Reaksi Internasional
Ada banyak kecaman terhadap Hamas dan dukungan terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri. Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa AS mendukung dan berdiri bersama rakyat Israel dalam menghadapi serangan Hamas.
Dewan keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat pada hari Minggu untuk membahas krisis ini. Sementara itu, pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel untuk menjaga stabilitas dan membantu menghindari eskalasi.
Mesir juga sedang berbicara dengan Arab Saudi dan Yordania untuk meredakan krisis tersebut. Mesir telah banyak terlibat dalam menengahi gencatan senjata di masa lalu.
Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut konflik Israel dan Palestina di Jalur Gaza yang makin memanas dipicu oleh keputusan AS. Putin menuding Abang Sam mengabaikan aspirasi rakyat Palestina untuk menjadi negara merdeka.