Pemimpin Hamas Tewas di Lebanon, Perang Gaza Berpotensi Meluas
Perang Israel dengan Hamas berpotensi makin meluas ke luar Gaza. Potensi ini muncul setelah Israel membunuh wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dalam serangan pesawat tak berawak di ibu kota Lebanon, Beirut pada Selasa (2/1).
Serangan pesawat tak berawak itu menewaskan enam orang di pinggiran selatan Kota Daliyeh, yang merupakan benteng pertahanan Hizbullah. Serangan tersebut menyasar pertemuan para pemimpin Hamas di Lebanon. Petinggi militer Hamas Samir Findi Abu Amer dan Azzam Al Aqra Abu Ammar turut menjadi korban.
Israel telah lama menuduh Arouri melakukan serangan mematikan terhadap warganya. Israel sempat menuduh Arouri yang merupakan salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Izz-el-Deen al-Qassam, memerintahkan dan mengawasi serangan Hamas di Tepi Barat yang diduduki Israel selama bertahun-tahun.
Arouri yang berusia 57 tahun adalah pemimpin politik senior Hamas pertama yang dibunuh sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat terhadap kelompok tersebut sejak Oktober tahun lalu. Arouri juga merupakan sosok penting dalam "perundingan" gencatan senjata Hamas-Israel. Ia menghabiskan waktu di Lebanon dan Qatar, guna menyelesaikan konflik Gaza dan pembebasan sandera Hamas.
Ratusan warga Palestina turun ke jalan Ramallah dan kota-kota lain di Tepi Barat untuk mengutuk pembunuhan Arouri, sambil meneriakkan, "Balas dendam, balas dendam, Qassam!". Mengutip Reuters (3/1), sumber keamanan Lebanon dan Palestina mengatakan pembunuhan Arouri meningkatkan potensi risiko penyebaran perang di Gaza meluas ke wilayah lain. Setidaknya perang ini telah meluas ke perbatasan Lebanon.
Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan pembunuhan pimpinan Hamas yang dilakukan di negaranya merupakan kejahatan baru Israel. Hal ini berpotensi menarik Lebanon untuk ikut terlibat dalam perang Israel dengan Hamas yang terjadi selama ini.
Lebanon berencana mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Karena serangan yang dilakukan Israel bisa dianggap sebagai pelanggaran atas kedaulatan Lebanon.
Bahkan kelompok Hizbullah mengumumkan telah membunuh sejumlah tentara Israel di perbatasan Lebanon. Hizbullah mengatakan telah menargetkan sekelompok tentara Israel di sekitar Marj dengan rudal.
Ini merupakan balasan atas tindakan Israel yang telah mengancam kedaulatan Lebanon. Hizbullah merupakan kelompok militan yang bermarkas di Lebanon. "Kejahatan ini tidak akan pernah dibiarkan tanpa respons dan hukuman," kata Hizbullah dalam pernyataannya, seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (3/1).
Nasser Kanaani, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, pendukung utama Hamas dan Hizbullah, mengatakan pembunuhan Arouri “tidak diragukan lagi akan memicu gelombang perlawanan dan motivasi untuk berperang melawan penjajah Zionis, tidak hanya di Palestina tetapi juga di seluruh dunia.”
Perang Membebani Perekonomian Israel
Perang melawan Hamas sebenarnya telah berdampak pada perekonomian Israel. Bank Sentral Israel pada Senin (1/1) mengatakan bahwa biaya perang Israel di Gaza dapat mencapai 210 milyar Shekel atau US$58 milyar (Rp897,3 trilyun) yang membebani perekonomian negara tersebut.
Meski begitu, Israel menyatakan akan tetap melanjutkan perang sampai Hamas menyerah. Daniel Hagari, Juru bicara pasukan pertahanan Israel (Israel Defense Forces / IDF) pada Minggu, 31 Desember 2023, memastikan Israel akan melanjutkan perang Gaza pada 2024.
Israel akan merubah strategi dengan apa yang disebutnya ‘smart’ pasukan IDF. Lima pejabat tinggi militer telah ditarik dari medan tempur menyusul upaya Israel yang ingin mulai menghidupkan perekonomian setelah menjalankan konflik yang panjang.
“Perang membutuhkan waktu yang panjang dan kami bersiap secepatnya,” kata Hagari. Dia juga menjelaskan menarik kembali pasukan cadangan akan berdampak cukup besar pada perekonomian dan memungkinkan Israel mendapatkan kembali kekuatan untuk operasi-operasi tahun depan dan pertempuran yang masih akan berlanjut.
Sekadar informasi, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023i telah menewaskan 22.185 orang. Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa (2/1), mengatakan 207 orang telah terbunuh dalam 24 jam terakhir.