Putin: BRICS Akan Bentuk Parlemen di Masa Depan
Blok ekonomi antarpemerintah yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika yang dikenal dengan sebutan BRICS berencana membentuk parlemen di masa mendatang. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pertemuan rutin antara para anggota parlemen dari negara-negara BRICS akan membantu proses pembentukan parlemen.
"BRICS belum memiliki struktur lembaga parlemen. Namun, saya yakin ide ini akan terwujud di masa depan. Forum Anda semua, saya yakin, akan berkontribusi untuk itu," kata Presiden Rusia Vladimir Putin, dikutip dari Anadolu, Jumat (12/7).
Putin memuji upaya anggota parlemen untuk menjalin hubungan antara negara-negara anggota BRICS dan untuk mengatasi masalah pembangunan sosio-ekonomi, meningkatkan kesejahteraan negara, mengurangi ketegangan internasional, dan membentuk "tatanan dunia yang lebih adil, demokratis, multipolar, dan multilateral."
"Munculnya tatanan dunia yang mencerminkan keseimbangan kekuatan dan realitas geopolitik, ekonomi dan demografi yang baru adalah sebuah proses yang kompleks, dan seringkali menyakitkan," kata Putin.
Perlawanan akan datang dari negara-negara yang berkuasa. "Hal ini terutama disebabkan oleh perlawanan sengit dari para elit penguasa di negara-negara yang disebut sebagai negara-negara 'miliar emas'," kata dia.
Putin menyoroti tekanan terhadap pihak-pihak yang memiliki posisi independen, dengan alasan bahwa pemaksaan yang kuat, sanksi sepihak, penerapan aturan perdagangan secara selektif, dan pemerasan digunakan bertentangan dengan hukum internasional.
BRICS memprioritaskan perubahan positif perekonomian global, dengan fokus meningkatkan pangsa mata uang nasional dalam perdagangan dan investasi, serta mengembangkan instrumen keuangan dan mekanisme penyelesaian bersama yang aman dan andal, tambahnya.
Di sela-sela forum tersebut, Putin mengadakan pertemuan terpisah dengan ketua parlemen Cina Zhao Leji dan juga dengan ketua parlemen Tanzania Tulia Ackson.
Rusia Sebut 24 Negara Antri Bergabung dengan BRICS
Sebanyak 24 negara sedang mengantri untuk bergabung dengan kelompok BRICS yang terdiri dari negara-negara ekonomi berkembang utama, kata ketua majelis tinggi Rusia, Valentina Matvienko, pada Rabu (10/7).
"Lihat, sekarang ada 24 negara, kalau saya tidak salah, yang siap menjadi anggota BRICS," kata Matvienko kepada saluran televisi Rossiya 24.
Matvienko juga tidak menutup kemungkinan bahwa negara-negara Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) juga dapat menjadi anggota BRICS pada masa depan.
Pada saat yang sama, BRICS perlu mengembangkan kriteria untuk calon negara baru, kata Matvienko, seraya menambahkan bahwa kriteria ini dapat diadopsi pada pertemuan puncak BRICS di Kota Kazan, Rusia pada Oktober mendatang.
BRICS didirikan sebagai platform kerja sama bagi negara-negara berkembang terbesar, yang menyatukan Brasil, Rusia, India, dan Republik Rakyat Cina pada 2009. Kemudian, Afrika Selatan bergabung dengan kelompok tersebut pada 2010. Rusia menjadi presiden bergilir blok tersebut pada tahun ini sejak 1 Januari.
Pada hari yang sama, BRICS memperluas jangkauan keanggotaannya mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi belum meresmikan partisipasinya tetapi telah mengambil bagian dalam pertemuan BRICS.