Ada Dana Pariwisata untuk Influencer, Apa Bedanya dengan Buzzer?
Pemerintah menyiapkan anggaran promosi pariwisata sebesar Rp 72 miliar. Sebagian dana itu akan dialokasikan untuk menggandeng para influencer internasional. Harapannya, mereka bisa mengiklankan pariwisata Indonesia yang terdampak wabah virus corona COVID-19.
Kementerian Pariwisata akan menggaet influencer dari Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, India hingga Australia. “Tapi berapa anggaran persisnya untuk mereka, saya belum hitung,” kata Menteri Pariwisata Wishnutama di Jakarta, Rabu (25/2).
Influencer merupakan sebutan bagi seseorang yang memiliki banyak pengikut atau followers di media sosial. Pemilihannya akan dilakukan berdasarkan sejauh apa engagement atau keterikatan para influencer dengan para pengikutnya di saluran Youtube atau Instagram.
Anggaran Rp 72 miliar itu juga mencakup kerja sama dengan travel agent dan operator travel. Kementerian Pariwisata masih menunggu Kementerian Keuangan untuk mencairkan dana tersebut.
(Baca: Diskon Tiket Pesawat 50% Diperpanjang jika Virus Corona Belum Reda)
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan pemerintah menyediakan insentif Rp 298,5 miliar untuk mendorong sektor pariwisata tahun ini. Ada pula dana Rp 443,39 miliar untuk maskapai penerbangan.
Fasilitas itu diberikan dalam bentuk diskon tiket pesawat hingga setengah harga, khusus tujuan sepuluh destinasi wisata unggulan. Kesepuluh destinasi itu adalah Danau Toba, Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan.
Pemerintah juga tidak memungut pajak hotel dan restoran di 10 destinasi tersebut selama enam bulan. Sebagai gantinya, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada pemerintah daerah berupa hibah sebesar sekitar Rp 3,3 triliun.
(Baca: Selamatkan Pariwisata Imbas Corona, Wishnutama Tak Sanggup Bayar BTS)
Apa beda influencer dan buzzer?
Posisi influencer dan buzzer dalam media sosial sebenarnya hampir mirip. Mereka memberi pengaruh kepada para pengikutnya. Buzzer biasanya untuk pengguna Twitter yang memiliki banyak follower. Sementara, influencer condong bagi pengguna Instagram dan Youtube.
Mengutip dari kumparan.com, influencer bertugas tak hanya memberi pengaruh, tapi juga meyakinkan banyak orang agar tertarik dengan produk tertentu. Cara kerjanya mirip dengan sales marketing.
Para influencer harus bisa menarik para pengikutya untuk memakai atau membeli produk itu. Tentu saja dalam pekerjaannya itu ia tak hanya sekadar beriklan, tapi juga mengedukasi. Media yang digunakan bisa melalui foto, video, hingga memberi penilaian atau review.
(Baca: Pemerintah Siapkan Rp 4,7 Triliun Selamatkan Pariwisata dari Corona)
Cara kerja buzzer berbeda dengan influencer. Buzzer menyampaikan informasi secara berulang-ulang, bisa soal produk atau isu politik, tapi tidak perlu sampai meyakinkan para pengikutnya.
Seperti namanya, buzz, ia hanya mendengung atau bersuara. Tujuannya, agar para follower-nya mengetahui, paling tidak sadar, terhadap satu topik tertentu. Keberhasilannya dapat diukur jika isu tersebut kemudian menjadi trending topic di Twitter.