Masa Perubahan Generasi, Pilpres 2024 Diprediksi Lebih Menantang
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai pemilihan presiden (Pilpres) pada 2024 akan lebih menantang dibandingkan Pilpres 2019. Sebab, Pilpres 2024 merupakan masa generasi baru di pemerintahan. Ini bila melihat usia biologis para tokoh politik senior saat ini dan masa kaderisasi politik.
"Di masa itu, orang tidak akan mendenger lagi nama Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, atau Prabowo Subianto," kata dia dalam acara Wealth on Wealth Standard Chartered Bank di Jakarta, Senin (12/2) malam.
Menurut dia, masyarakat akan menilai 2024 sebagai masa reward and punishment bagi kebangsawan maupun kepemilikan politik. Saat itu, pola dan sistem politik diperkirakan betul-betul berubah.
(Baca: Bawaslu Catat 28 Pelanggaran Pemilu 2019, Politik Uang Terbanyak )
Pertarungan Pilpres kemungkinan akan terjadi di antara kepala daerah yang berprestasi ataupun kaum profesional yang terjun ke ranah politik. "Seperti Sri Mulyani atau Mas Dede (Chatib Basri). Saya tidak tahu, tapi ada peluang," ujarnya.
Yunarto pun mengandaikan, bila Pilpres 2019 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, periode 2024 akan menjadi wilayah tidak bertuan. Sebab, pemerintahan akan diganti oleh pemain politik baru.
Sebaliknya, bila Pilpres 2019 diungguli oleh pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, kepemimpinan 2024 dapat diterka dengan dua kemungkinan. Kemungkian pertama, presiden 2024 akan dilanjutkan oleh Prabowo.
"Kalau Prabowo sehat, dia akan teruskan (kepemimpinan) apalagi melihat Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad," kata dia.
Sementara itu, bila kepemimpinan tidak dilanjutkan oleh Prabowo, kepemimpinan kemungkinan akan dijabat oleh Sandiaga Uno. Sebab, ia menilai akan sulit untuk bersaing dengan petahana.
(Baca: Misteri Dana Kampanye Sandiaga Uno untuk Pilpres 2019)
Adapun pada periode 2019-2024, ia memperkirakan akan ada banyak hal menarik, seperti reformasi pemimpin partai lantaran ada perubahan generasi. Partai pun harus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
"Kalau partai tidak beradaptasi dengan situasi 2024 dan tetap memaksa orang lama memegang kepemimpinan, partai akan going down," katanya.