Jonan Minta Ego Institusi Dihilangkan dalam Mitigasi Bencana
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta agar semua instansi menghilangkan egonya ketika melakukan mitigasi bencana gunung api. Ini untuk mengurangi risiko jika terjadi bencana.
Jonan menilai mitigasi ini perlu kerja sama dengan instansi lain seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. “Tidak boleh ada ego insitusi, apalagi ego pribadi,” kata dia di Jakarta, Senin (21/1).
Lembaga yang menangani mitigasi gunung api juga harus bekerja sungguh-sungguh. Ini untuk mencegah terjadinya korban jiwa dan kerusakan materiel.
Menurut Jonan, datangnya bencana alam memang tidak bisa dipastikan secara akurat. Namun, bisa diprediksi berdasarkan penelitian, seperti perubahan-perubahan informasi berupa gerakan gunung api seperti yang dilakukan Badan Geologi Kementerian ESDM.
Jadi, kejadian tsunami Selat Sunda harus menjadi instropeksi semua lembaga terkait. “Kasus tsunami akibat Gunung Anak Krakatau itu besar sekali, semua intropeksi dan mohon para ahli terbuka,” ujar Jonan.
Di sisi lain, Kepala Divisi Prakiraan Bahaya Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Mamay Sumaryadi belum bisa mengetahui penyebab pasti tsunami Selat Sunda, karena terkendala kondisi. "Itu masih menyisakan misteri, tentu harus menjadi bahan diskusi lebih lanjut karena masih keterbatasan kondisi," kata dia.
Seperti diketahui, tsunami Selat Sunda berdampak pada beberapa wilayah seperti Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, Kabupaten Pandeglang hingga Serang. Bencana ini telah menelan korban jiwa sebanyak 430 orang, 159 orang dinyatakan hilang.
(Baca: Setelah Tsunami Selat Sunda, BMKG Minta Masyarakat Jauhi Pantai)
Sementara itu, Gunung Anak Krakatau ini tidak terlepas dari Gunung Krakatau. Mamay Sumaryadi mengatakan Gunung Krakatau terbentuk sejak 416 Masehi. Jenisnya merupakan gunung berapi komposit atau stratovolkano yang mengerucut dan terdiri dari lava dan abu vulkanis yang mengeras. Setelah itu, berangsur-angsur gunung tersebut membentuk tiga puncak, yakni Puncak Danan, Rakata dan Parbuatan.
Pada 1883 terjadi letusan pada gunung tersebut dengan letusan katastrifik yang menyebakan erupsi besar dengan volume letusan 18 kilometer kubik (km3). Sehingga membentuk sebuah kolam sebesar 80 km. Tahun, 1950 muncul Gunung Anak Krakatau yang hingga saat ini masih tumbuh, dengan luas tubuh gunung api 3 km persegi, dan volume mendekati sekitar 350 juta meter kubik.