Adaro dan Kideco Kaji Teknologi Hilirisasi Batu Bara

Image title
30 November 2018, 18:44
Tambang Batu Bara
Donang Wahyu|KATADATA

PT Adaro Energy Tbk dan PT Kideco Jaya Agung belum memutuskan untuk masuk ke hilirisasi batu bara. Kedua perusahaan tersebut masih mengkaji beberapa teknologi hilirisasi batu bara terkini.

Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, teknologi hilirisasi akan terus berkembang. Oleh karena itu, perusahaan masih mempelajari teknologi hilirisasi tersebut, misalnya gasifikasi batu bara. Dengan teknologi gasifikasi ini, batu bara dapat dikonversi menjadi gas.

"Dalam pemantauan kami, teknologi hilirisasi batu bara terus berkembang. Kami akan terus mempelajari teknologi tersebut," kata Nadira kepada Katadata, Jumat (30/11). Adaro juga mempertimbangkan seberapa efektif dan kompetitifnya hilirisasi bagi bisnis batu bara perseroan.

Kideco Jaya Agung, perusahaan yang terafiliasi dengan PT Indika Energy Tbk, juga belum memutuskan untuk melakukan hilirisasi. Pasalnya, perusahaan masih fokus mengoptimalkan produksi batu bara hingga akhir tahun. Meski demikian, Kideco tidak membantah tengah mengkaji penambahan nilai batu bara, khususnya mengenai dampaknya terhadap peluang bisnis, lingkungan hidup, dan pemerintahan.

"Kideco saat ini terus fokus untuk optimalisasi produksi hingga akhir tahun. Namun, kami masih harus melihat feasibility-nya," kata Head of Corporate Communications PT Indika Energy Leonardus Herwindo.

Adapun perusahaan batu bara yang mulai melakukan gasifikasi adalah PT Bukit Asam Tbk. Untuk melakukan hilirisasi ini, Bukit Asam bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Product and Chemical Inc. Kerja sama ini meliputi pengembangan gasifikasi batu bara di Mulut Tambang Batu bara Peranap, Riau untuk mengubah batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dan synthetic natural gas (SNG).

(Baca: Pertamina dan Bukit Asam Gandeng Air Products Garap Gasifikasi Batu Bara)

Pabrik gasifikasi di Peranap ini diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Pabrik yang akan didirikan Bukit Asam bersama kedua mitranya ini memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar perusahaan tambang tidak lagi mengekspor hasil tambang yang masih mentah. Ini merupakan salah satu kunci untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan.

Ia pun menyayangkan perusahaan tambang yang tidak melakukan hilirisasi karena hilirisasi dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, hilirisasi dapat mengurangi impor minyak dan gas (migas) sehingga dapat mengurangi defisit perdagangan maupun transaksi berjalan. “Kenapa masih mengekspor dalam bentuk bahan mentah? Ini harus dihentikan dan mulai beralih,” ujar Jokowi, di Jakarta, Selasa (27/11).

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia periode Oktober 2018 kembali mencatat defisit US$1,82 miliar. Ini merupakan defisit neraca perdagangan terbesar kedua sepanjang 2018, setelah per Juli lalu neraca dagang Indonesia mencatat defisit US$ 2 miliar.

(Baca: Presiden Minta Hentikan Ekspor Hasil Tambang Mentah)

Reporter: Fariha Sulmaihati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...