Pendanaan Film, Produser Mira Lesmana Belum Pernah Dibiayai Bank
Produser film Mira Lesmana menyatakan, selama dirinya berkarir di industri perfilman belum pernah mengakses pendanaan dari lembaga jasa keuangan perbankan. Pasalnya, sejauh ini bank belum dapat menyesuaikan diri dengan karakter bisnis film.
Mira selaku pemimpin rumah produksi Miles Production menuturkan, sumber modal yang diperoleh biasanya dari angel investor, modal ventura, dan dana hibah. Menyadari besarnya tantangan permodalan, imbuhnya, para filmmaker independen perlu mengasah kemampuan dalam bernegosiasi dengan calon investor.
"Kalau (rumah produksi) besar seperti MD Entertainment dan Multivision itu sudah bisa bikin sampai 20 film setahun. Kalau filmmaker independen seperti kami, ya harus mencari dana, dan ini memang perlu skill khusus," katanya kepada Katadata.co.id, di Jakarta, Jumat (19/10).
Mira menjelaskan, pada masa awal terjun di dunia film sebagian besar pendanaan diperolehnya dari angel investor. Pemodal malaikat biasanya adalah individu kaya raya yang mau memberikan modal bisnis dengan imbalan, misalnya dalam bentuk ekuitas kepemilikan.
(Baca juga: Bekraf Sebut Investasi di Film Lebih Menguntungkan Dibanding Startup)
Sumber permodalan yang diperoleh Mira kini lebih variatif artinya untuk satu proyek film bisa didanai oleh beberapa investor. Produser yang namanya melejit sejak film Petualangan Sherina (2000) ini membenarkan, dana merupakan aspek krusial dalam pembuatan film.
"Yang pasti, (filmmaker) tidak boleh memikirkan produksi sampai kami memiliki dana. Sekarang sudah mulai ada perusahan modal ventura yang fokus mendanai film. Jadi lebih mudah. Tinggal bagaimana filmmaker meyakinkan agar mereka tertarik," ucapnya.
Lulusan angkatan pertama jurusan produksi film Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu menilai, kehadiran modal ventura yang fokus memberi akses pembiayaan film sangat membantu para filmmaker. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana membuat konsep film yang layak dibiayai.
Salah satu modal ventura perfilman yang ada di Indonesia adalah Ideosource. Perusahaan yang mulai fokus memberikan akses pendanaan film sejak 2017 ini melihat perkembangan industri perfilman dalam negeri semakin baik.
"Kualitas film Indonesia naik signifikan terutama dalam lima tahun terakhir. Jumlah penonton naik, jumlah layar juga naik signifikan. Bahkan, beberapa film Indonesia sempat box office di luar negeri," kata Rahadian Agung selaku Investment Manager Ideosource kepada Katadata.co.id secara terpisah.
Kondisi tersebut sejalan dengan upaya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memacu pertumbuhan bisnis kreatif subsektor film, animasi, dan video. Pada tahun depan, Bekraf menargetkan Indonesia memiliki 4.000 layar bioskop.
Rahadian menyatakan, bisnis industri perfilman prospektif. Ideosource sendiri optimistis kelak Indonesia bakal menjadi salah satu pemain yang diperhitungkan di kancah perfilman global.
(Baca juga: Hitung-Hitungan Investasi di Industri Film Ala Ideosource)
Ditanya soal proyeksi perkembangan industri film pada 2019, menurutnya, industri perfilman dalam negeri semakin matang dan memiliki segmen pasar masing-masing. Sementara itu, dari segi genre diperkirakan film aksi bakal lebih diminati.
"Pada 2017 itu genre film drama cukup banyak yang sukses. Pada 2018, ada shifting yang kuat ke genre horor. Pada 2019 action yang dimulai dari Wiro Sableng pada 2018 ini sebagai starting point, dan 3 tahun ke depan lebih ke animasi," ucap Rahadian.
Adapun, Mira Lesmana mengaku berencana menggarap beberapa film dengan karakter berbeda pada 2019. "Satu film yang akan saya buat itu drama, satu lagi film budget kecil yang artistik, dan satu lagi film thriller," kata dia.
Per Juni tahun ini, terdapat sepuluh film terlaris sepanjang masa dilihat dari jumlah penonton a.l. Warkop DKI Reborn Part 1 ditonton 6,86 juta orang, Dilan 1990 (6,31 juta penonton), Laskar Pelangi (4,72 juta penonton), Habibie & Ainun (4,58 juta penonton), Pengabdi Setan (4,21 juta penonton), Warkop DKI Reborn Part 2 (4,08 juta penonton), Ayat-ayat Cinta (3,68 juta penonton), Ada Apa dengan Cinta 2 (3,67 juta penonton), My Stupid Boss (3,05 juta penonton), dan Ayat-ayat Cinta 2 (2,84 juta penonton).