Masa Tanggap Darurat Bencana Sulteng Diperpanjang Hingga 14 Hari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan akan memperpanjang masa tanggap darurat bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tenggara hingga 26 Oktober 2018 dari yang semula rencananya akan dihentikan besok hari (12/10). Keputusan itu akhirnya ditetapkan dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Gubernur Sulawesi Tengah pagi tadi.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan masalah di lapangan, seperti pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, perbaikan sarana dan prasarana, pembangunan hunian sementara, penanganan medis, perlindungan sosial, dan pembersihan puing bangunan yang belum terselesaikan, maka pihaknya memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat.
(Baca: Situbondo Diguncang Gempa 6,4 SR, 3 Orang Dilaporkan Meninggal)
"Kami membutuhkan kemudahan akses agar penanganannya cepat," katanya di Jakarta, Kamis (11/10).
Namun, untuk evakuasi pencarian korban, waktunya hanya diperpanjang satu hari dari yang semula dijadwalkan berakhir hari ini, diundur menjadi Jumat sore.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) akan menyerahkan kegiatan pelaksanaan evakuasi kepada Basarnas Palu. Namun, evakuasi setelah masa berakhir hanya berupa asistensi kepada masyarakat dan relawan.
BNPB juga meminta masyarakat berhenti mencari korban untuk menghindari dampak penyakit dari jenazah sudah tertimbun H+14 pasca bencana. "Kami imbau kepada para warga untuk tidak melakukan pencarian korban," ujar Sutopo.
Jumlah Korban
BNPB mencatat, jumlah korban jiwa hingga yang berhasil dievakuasi hingga Kamis 11 Oktober 2018 pukul 13.00 Waktu Indonesia Barat mencapai 2.073 orang dengan rincian korban dari wilayah Palu sebanyak 1.663 orang, diikuti kabupaten Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, serta 1 orang di Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Sementara untuk jumlah pengungsi tercatat sebanyak 87.725 orang dan yang sudah dievakuasi mencapai 18.353 orang. Gempa dan tsunami hingga saat ini juga diketahui telah menimbulkan kerusakan terhadap 67.310 unit rumah warga, 22 unit fasilitas kesehatan 2, serta 662 unit sekolah 662.
(Baca juga: Anggaran Penanggulangan Bencana Pemerintah Masih Minim)
Sutopo mengungkapkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Palu, Sigi, dan Donggala terkait lahan hunian sementara bagi korban yang kehilangan rumah. Rencananya, pembangunan hunian sementara akan diselesaikan dalam dua bulan ke depan.
Semenra untuk korban di Balaroa akan mendapatkan lokasi di Duyu dan korban di Petobo akan ditempatkan di Ngata Baru. Untuk korban di Jono Oge, lokasinya juga masih ditentukan.
Menurut Sutopo, kesiapan dan keamanan lahan juga masih diperiksa oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. "Sebagian masyarakat tidak ingin jauh dari rumah jadi kami siapkan tempat untuk tinggal selama setahun sampai dua tahun," katanya.
(Baca: BMKG Pastikan Tsunami 0,5 Meter hingga 3 Meter di Palu)