Bila Diusung Jadi Capres, Gatot Siap Bahas Kabinet dengan Parpol
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Gatot Nurmantyo dalam berbagai kesempatan telah menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden di pemilihan presiden 2019. Meskipun hingga kini belum memiliki kendaraan politik, Gatot mengatakan tak akan sembarangan menerima pinangan partai politik.
Gatot mengatakan sejak awal pengusungannya, dia akan langsung membahas dan bernegosiasi soal pembentukan kabinet dengan partai politik. Tujuannya, apabila terpilih sebagai presiden, dia akan membentuk pemerintahan dengan rantai komando yang efisien yakni tanpa campur tangan dominan dari parpol.
“Apabila ada partai yg mengusung saya akan bernegosiasi, bahwa pembentukan kabinet dari koalisi akan dibentuk mulai sekarang. Tentunya dengan catatan ada kabinet cadangan 1,2,3 dari partai koalisi,” kata Gatot dikutip dari wawancara acara Satu Meja Kompas TV yang disiarkan pada Senin (23/4) malam.
(Baca juga: Dilobi Relawan, PKS Tampung Usulan Gatot Nurmantyo sebagai Capres 2019)
Gatot menyinggung soal pembentukan kabinet saat menjelaskan idenya mengenai pemerintahan yang efisien. Dia mengatakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono karena didukung Partai Demokrat yang memiliki suara besar saat pemilu, dapat menerapkan kabinet presidensial yang tepat.
Hal yang berbeda dia lihat dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo. “Saya melihat sekarang ini terlalu banyak campur tangan partai sehingga garis komando kadang-kadang tidak efisien,” kata Gatot.
Gatot juga menjelaskan, maju sebagai calon presiden merupakan salah satu cara mengabdi kepada bangsa dan negara. Namun, langkahnya maju bila dikehendaki partai politik. “Kalau ada partai-partai yang berkoalisi, yang memanggil saya untuk maju, yang menghendaki itu rakyat juga,” kata Gatot.
Saat ini elektabilitas Gatot masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Jokowi dan Ketua Umum Prabowo Subianto. Berdasarkan survei Litbang Kompas pada April 2018, elektabilitas Jokowi mencapai 55,9% , Prabowo sebesar 14,1% dan Gatot hanya 1,8%.
Namun berdasarkan survei Media Survei Nasional (Median) pada Februari 2018, elektabilitas Gatot mencapai 7% atau di posisi ketiga setelah Jokowi (36,2%) dan Prabowo (20,4%).
(Baca juga: Belum Didukung Parpol Jadi Capres, Gatot Nurmantyo Diusung Relawan)
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menyatakan partainya mendukung pembentukan poros baru di luar parpol pendukung Jokowi dan Prabowo.
“Semakin banyak calon semakin banyak alternatif rakyat memilih dan semakin dinamis Pilpres ini,” kata Viva Yoga.
Dia mengatakan PAN terbuka dengan peluang mengusung calon baru seperti Gatot dalam Pilpres 2019. “Kalau Gatot serius untuk running di pilpres dia harus melakukan komunikasi dengan parpol lain yang belum deklarasi. Salah satunya PAN,” kata Viva.
Saat ini PAN dan Demokrat belum mendeklarasikan dukungan kepada calon mana pun. Ketua Umum Demokrat SBY bahkan memprediksi akan muncul pemimpin baru dalam Pilpres 2019. Hal itu dinyatakannya ketika menghadiri pertemuan dengan ratusan ulama, santri, dan masyarakat di Cilegon, Banten pada Minggu (22/4).
SBY pun menyatakan akan memasangkan capres dan cawapres yang amanah, cerdas, dan memikirkan rakyat. Hal tersebut bakal dilakukannya usai melakukan safari politik ke sejumlah daerah.
“Semakin banyak calon semakin banyak alternatif rakyat memilih dan semakin dinamis Pilpres ini,” kata Viva Yoga.
Sebagian besar partai telah memberikan dukungannya kepada Jokowi di Pilpres 2019, yakni PDI-P, Nasdem, PPP dan Hanura. PKB pun menyatakan dukungan kepada Jokowi, namun dengan syarat bila ketua umumnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres.
Sementara itu Partai Gerindra sudah mengusung Prabowo Subianto, dan saat ini sedang membahas cawapres bersama dengan PKS.
(Baca juga: Anies dan Gatot Kandidat Cawapres, Gerindra Pantau Elektabilitas)