Anak Usaha Bakrie Incar Proyek Jaringan Pipa Blok Masela
KATADATA - Meski pemerintah belu memutuskan skema pengembangan Blok Masela, sudah ada perusahaan yang mengincar keuntungan dari proyek tersebut. Salah satunya adalah PT Bakrie Pipe Industries. Anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak di bisnis pipa ini tertarik memasok kebutuhan pipa untuk proyek yang berada di Laut Arafuru, Maluku Selatan itu.
Presiden Direktur PT Bakrie Pipe Industries Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengaku sudah memantau proyek Blok Masela sejak tahun 2010. Selama kurang lebih lima tahun, dia mengikuti rencana perkembangan proyek itu. Termasuk perdebatan antara skema pengolahan gas di darat atau di laut (offshore) untuk mengolah gas alam dari blok tersebut.
Menurut dia, jika menggunakan skema di darat maka keuntungan yang didapat perusahaan akan lebih banyak dibandingkan skema onshore. “Peluang kami mendapat order lebih besar,” kata di Bekasi, Senin (22/2).
Ia pun telah menghitung, pipa yang dibutuhkan untuk pengembangan Blok Masela di darat bakal lebih banyak dibandingkan skema di laut. Jika menggunakan skema laut, pipa yang dibutuhkan tidak akan mencapai 5.000 metrik ton. Sebab, skema di laut hanya membutuhkan pipa dari mulut sumur di dasar hingga ke atas permukaan laut. Berbeda dengan skema darat, yang juga membutuhkan jaringan pipa dari permukaan laut hingga ke kilang pengolahan di darat.
(Baca: Kisruh Blok Masela, Faisal Basri: Perusahaan Pipa Punya Siapa?)
Di sisi lain, dia tidak khawatir adanya potensi gempa di dalam laut dengan pemasangan pipa. Jika ada gempa, kemungkinkan yang terjadi adalah perubahan struktur dan posisi pipa. Tapi tidak akan membuat pipa meledak atau bocor. Hal ini, menurut Mas Wig juga tidak membahayakan gas yang terkandung di dalamnya.
Agar lebih aman, pipa yang akan digunakan wajib memenuhi spesifikasi, baik sebelum dan sesudah pemasangan. Yaitu, memenuhi standar American Petroelum Institute (API), serta melakukan kajian terlebih dahulu terhadap pipa.
Namun, untuk mendapatkan proyek pipa di Blok Masela, Bakrie Pipe juga masih menunggu kontraktor migas yakni Inpex Corporation selaku operator blok itu, melakukan lelang terbuka. Sampai saat ini proses lelang tersebut juga belum dilakukan. Pasalnya, Inpex masih menunggu persetujuan rencana pengembangan wilayah atau Plan of Development (PoD) Blok Masela. "Kami baru bisa ikut paritisipasi formal saat tender dibuka," ujarnya. (Baca: Pemerintah Godok Konsep Development Fund untuk Blok Masela)
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bobby Gafur Umar mengatakan tidak mempermasalahkan mengenai skema apa yang akan dipilih oleh pemerintah dalam mengembangkan Blok Masela. Ia hanya meminta pemerintah memberikan kepastian, agar megaproyek tersebut bisa segera berjalan.
Tidak hanya itu, Bobby juga meminta pemerintah memperhatikan porsi komponen lokal dalam proyek tersebut. Apalagi, saat ini harga minyak dunia masih rendah. Dengan tren harga minyak yang sempat di bawah level US$ 30 per barel, beberapa perusahan migas melakukan efisiensi. Mulai dari mengurangi investasi sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan. Penguarangan kegiatan migas ini juga mempengaruhi industri penunjang migas karena permintaannya yang menurun. Dengan adanya kewajiban komponen lokal dalam proyek Masela diharapkan bisa menumbuhkan industri dalam negeri. “Jangan semua-semuanya ambil dari Jepang."